Para veteran RI adalah pahlawan sejati. Mereka memberi begitu banyak untuk bangsa ini. Menghargai mereka bukan hanya balas jasa, tapi juga investasi moral untuk masa depan bangsa.
Banda Aceh – udara pagi di Banda Aceh terasa berbeda. Di studio RRI Banda Aceh, Rabu (6/8) suasana haru dan bangga bercampur menjadi satu. Dua sosok sepuh berseragam rapi duduk berdampingan, menyampaikan kisah perjuangan mereka dengan suara mantap dan mata yang masih menyala oleh semangat.
Mereka adalah Kolonel Purnawirawan Djafar Karim, Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Aceh, dan Peltu Purnawirawan Abdul Wahab Nain, Ketua LVRI Aceh Besar.
Kehadiran mereka dalam dialog bertajuk “Service to Our Nation : Warisan Juang yang Tak Pernah Padam” menjadi pengingat bahwa perjuangan belum usai, meski senapan telah disimpan dan usia tak lagi muda. Keduanya adalah saksi hidup dua episode penting dalam sejarah pengabdian militer Indonesia.
Operasi pembebasan di Timor Timur (1974–1975), di mana mereka mempertaruhkan nyawa untuk menjaga keutuhan NKRI. Misi pasukan perdamaian di Bosnia (1997–1998), sebagai representasi Indonesia di panggung dunia, menjaga nilai-nilai kemanusiaan di tengah puing konflik.
“Kami hadir di medan perang bukan untuk gagah-gagahan. Kami bertugas menjaga kehormatan bangsa,” ujar Kol. Purn. Djafar Karim dengan suara bergetar.
Meski waktu telah berlalu, semangat mereka tetap menyala. Tanpa pamrih, mereka terus menyampaikan nilai-nilai patriotisme, semangat bela negara, dan makna pengabdian kepada bangsa, khususnya kepada generasi muda. Seolah menegaskan pepatah lama, “old soldiers never die, they simply fade away.”
Peringatan Hari Veteran Nasional setiap tanggal 10 Agustus, yang ditetapkan lewat Keputusan Presiden Nomor 30 Tahun 2014 oleh Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono, bukan sekadar hari simbolik.
Hari itu adalah pengingat bahwa kemerdekaan yang kita nikmati hari ini bukanlah hadiah, melainkan hasil dari darah, keringat, dan air mata para pejuang bangsa.
Kol. Djafar Karim bahkan menyampaikan terima kasih khusus kepada Presiden SBY atas pengakuan resmi terhadap keberadaan dan jasa para veteran.
“Selama ini kami tidak pernah menuntut balasan. Tapi kami ingin agar sejarah perjuangan kami tak dilupakan,” ujarnya.
Penghormatan kepada para veteran bukan hanya tentang berdiri tegap dalam upacara atau menyematkan tanda kehormatan. Lebih dari itu, penghormatan sejati adalah memastikan kesejahteraan dan martabat hidup mereka tetap terjaga.
Pemerintah memang telah melangkah, dari layanan kesehatan, santunan pensiun, hingga pelibatan dalam acara kenegaraan. Namun, tantangan tetap ada. Banyak veteran hidup dalam keterbatasan. Tak sedikit yang menghadapi kesepian dan ketidakpastian hidup. Transisi dari kehidupan militer ke sipil pun tak selalu mudah.
Oleh karena itu, masyarakat juga punya peran untuk mengedukasi sejarah perjuangan di sekolah-sekolah. Melakukan penggalangan solidaritas melalui komunitas serta menyusun program sosial yang melibatkan veteran secara langsung.
Dalam setiap helaan napas mereka, para veteran menitipkan harapan agar perjuangan mereka tak sia-sia.
“Kami ingin melihat sebelum kami dipanggil oleh Yang Maha Kuasa, agar negara ini bersih dari korupsi, maju dan berkembang. Kami ingin anak cucu kami merasakan kesejahteraan dan kemakmuran. Seperti cita-cita perjuangan kemerdekaan dulu,” tutur Peltu Abdul Wahab Nain.
Mereka tak meminta banyak. Hanya ingin perjuangan mereka dihargai. Bukan dengan pujian, tetapi dengan tindakan nyata.
Generasi muda adalah pewaris sah negeri ini. Maka pesan mereka sangat jelas untuk mempertahankan kemerdekaan yang sudah diraih dengan susah payah ini.
“Isi kemerdekaan dengan hal-hal positif yang berkemajuan. Jauhi narkoba, hindari hoaks, lawan korupsi, dan jangan pernah lelah mencintai negeri ini,” tegas Kol. Djafar Karim.
Kini, kita hidup di era damai. Tapi bukan berarti kita bebas dari tanggung jawab. Semangat para pejuang harus terus hidup dalam karya, dalam integritas, dalam cinta tanah air yang nyata.
Para veteran RI adalah pahlawan sejati. Mereka memberi begitu banyak untuk bangsa ini. Menghargai mereka bukan hanya balas jasa, tapi juga investasi moral untuk masa depan bangsa.
Dengan terus menghormati dan mendukung para veteran, kita sedang merawat akar sejarah yang menopang keberadaan negara ini.
Mereka mungkin telah menanggalkan seragam tapi semangat mereka tetap hidup dalam nilai, dalam tindakan, dan dalam setiap anak bangsa yang memilih untuk tidak melupakan sejarahnya.
Satu jam berlalu. Dengan semangat masih membara, para veteran tua itu pamit melangkah pergi meninggalkan studio RRI.
“Saya masih ada kegiatan, persiapan pelantikan LVRI Aceh Besar, dan rapat mengenai peringatan Hari Veteran Nasional di Aceh,” ujar salah satu dari mereka sambil tersenyum.
Senyuman itu sederhana, tapi menyimpan sejuta makna, “Selama nafas masih ada, kami akan terus berjuang.”[]
Oleh: Mirza Ferdian
Discussion about this post