Siswa SMP Sukma Bangsa diajak langsung ke situs sejarah untuk praktik ekskavasi ringan. Mereka membersihkan area sekitar, mencatat temuan lapangan, mendokumentasikan kondisi situs, hingga membetulkan posisi batu nisan yang bergeser.
PIDIE — Sebanyak 67 siswa kelas IX SMP Sukma Bangsa Pidie mengikuti kegiatan Meuseubeut, sebuah kelas sejarah bersama Komunitas Beulangong Tanoh (BT), Senin (8/9/2025).
Kegiatan ini digelar untuk memperkenalkan siswa pada teks laporan yang otentik dan bermakna, sekaligus menumbuhkan kepedulian terhadap sejarah lokal.
Istilah Meuseubeut dipilih sebagai adaptasi dari program Meuseraya agenda pelestarian sejarah Pidie yang didukung Danatara dan dijalankan oleh MAPESA serta Komunitas BT beberapa waktu lalu. Jika Meuseraya berarti kegiatan besar-besaran, maka Meuseubeut merujuk pada skala yang lebih kecil.
Berdasarkan amatan tim redaksi, acara berlangsung sejak pukul 11.00 WIB dengan sosialisasi dan pengenalan di kelas, kemudian dilanjutkan praktik lapangan pada sore harinya.
Guru membuka kegiatan dengan memperkenalkan guest teacher dari Komunitas BT dan menjelaskan tujuan pembelajaran, yakni memahami proses pelaporan sejarah berbasis data lokal serta teknik ekskavasi situs bersejarah.
Guest teacher memaparkan pentingnya pelestarian batu nisan Aceh yang memiliki nilai budaya dan spiritual. Siswa dikenalkan pada ragam simbol, makna filosofis, serta prosedur ekskavasi yang sesuai etika pelestarian dan syariat Islam.
Usai pemaparan, siswa diajak langsung ke situs sejarah untuk praktik ekskavasi ringan. Mereka membersihkan area sekitar, mencatat temuan lapangan, mendokumentasikan kondisi situs, hingga membetulkan posisi batu nisan yang bergeser. Proses tersebut dilakukan dengan penuh kehati-hatian, disertai doa, dan tetap memperhatikan arah kiblat.
Kegiatan dipimpin oleh Amarullah Yacob bersama tim Komunitas BT, di antaranya Munajir, Qhaira, Ajir, serta direktur BT, Khalid Muttaqin. Guru pengampu, Riazul Iqbal, menyebut siswa antusias mengikuti kegiatan.
“Mereka senang bisa merasakan langsung kerja lapangan seperti ini,” ujarnya.
Melalui kegiatan Meuseubeut, siswa tidak hanya belajar menulis laporan sejarah berdasarkan pengalaman nyata, tetapi juga dilatih berpikir kritis terhadap sumber sejarah dan menumbuhkan rasa bangga terhadap warisan leluhur.[]
Discussion about this post