Ada satu hal menarik yang mungkin luput dari perhatian banyak orang. Di saat Anies Baswedan digadang menjadi calon presiden, mungkin di masa menjelang atau saat NasDem mendeklarasikan Anies sebagai capres, ada satu tokoh yang videonya tersiar menyatakan mendukung Anies Baswedan sebagai calon presiden. Pernyataan tersebut datang dari tokoh senior paling berpengaruh di Golkar, Akbar Tanjung.
Akbar Tanjung yang kini sudah memasuki usia lanjut, punya kedekatan khusus dengan Anies sebagai bagian dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Organisasi mahasiswa muslim ini terbilang kuat, punya pengaruh tersendiri di kancah politik Indonesia, dan telah melahirkan banyak tokoh-tokoh penting semenjak Orde Baru hingga kini.
Dukungan Bang Akbar, sapaan akrab Akbar Tanjung di HMI dan Golkar, kemudian tak lagi terdengar. Sepertinya ada upaya Golkar untuk melakukan konsolidasi mengusung ketua umum partai berlambang beringin itu, Airlangga Hartarto, untuk menjadi calon presiden.
Sayangnya sampai hari ini, elektabilitas Airlangga yang menjabat Menko Ekonomi di kabinet Jokowi tak kunjung meningkat. Rasanya sulit bagi Airlangga untuk melaju menjadi calon presiden di saat Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang diisi Golkar, PAN dan PPP tak kunjung menentukan calon presiden yang diusung.
PPP telah menyatakan mendukung Ganjar Pranowo. Sementara PAN bersikeras mengusung Erick Thohir sebagai calon wakil presiden, siapapun presidennya. Praktis posisi Golkar hari ini menjadi dilematis. Golkar terlihat tak mengarah untuk berkoalisi mendukung Ganjar. Sementara Golkar juga belum menentukan sikap untuk mendukung Prabowo Subianto, mantan kadernya sebelum mendirikan Gerindra.
Mantan Wakil Presiden RI yang juga Mantan Ketua Umum Partai Golkar dan deklarator Ormas NasDem Jusuf Kalla secara terang-terangan telah menyatakan diri mendukung Anies Baswedan. Jusuf Kalla adalah juga tokoh HMI seperti Akbar, politisi senior, organisatoris dan pebisnis ulung yang masih punya pengaruh kuat di internal tubuh Golkar maupun di akar rumput pemilih Golkar.
JK telah menjalin pertemuan intens dengan Mantan Presiden SBY dan juga Ketua Umum Surya Paloh sebelum akhirnya menyampaikan dukungan terbuka kepada Anies Baswedan.
Jika dilihat arah dukungan sesepuh Partai Golkar baik Jusuf Kalla yang secara terang-terangan mendukung, atau Akbar Tanjung yang pernah mengeluarkan statemen mendukung Anies, maka bisa diprediksi bahwa sebagian dari elit Golkar maupun kader dan simpatisan Golkar punya kans untuk mengarahkan dukungan ke Anies Baswedan.
Kemudian setelah kedatangan utusan Golkar dan PPP ke kantor DPP Partai Demokrat baru-baru ini, menandakan bahwa memang irisan politik dan ikatan antara Anies dan Golkar memang kuat. Maka terbuka peluang bagi Golkar masuk ke dalam Koalisi Perubahan bersama Demokrat, NasDem dan PKS.
Kemungkinan yang kedua, Golkar tidak bergabung dengan Koalisi Perubahan untuk mendukung Anies, namun sebagian elit Golkar yang diikuti oleh simpatisan dan pemilih akar rumput Golkar akan tetap memberikan dukungan kepada Anies Baswedan.
Kemungkinan Golkar secara resmi bisa saja mengusung Prabowo, atau bahkan Ganjar, namun sebagian elit dan basis massa Golkar berkemungkinan besar mendukung Anies.
***
Tawaran Cawapres Ganjar dari PDI-P kepada Ketum Partai Demokrat di tengah dinamisnya deal-deal politik yang terbangun dalam koalisi perubahan sepertinya tidak menggoyahkan arah dan visi AHY selaku Ketua Umum Partai Demokrat.
Partai Demokrat memang bukan partai pertama yang mendeklarasikan dukungan terhadap Anies Baswedan. Tapi di tangan Partai Demokrat lah bisa dikatakan koalisi perubahan terbentuk.
Di balik koalisi perubahan, ada sosok SBY yang mampu mengonsolidasikan dukungan lintas partai. Surya Paloh sendiri punya rasa percaya diri untuk mendeklarasikan Anies sebagai capres dengan adanya dukungan dari SBY. Yang perlu dicatat, Paloh punya sejarah dan kedekatan khusus dengan SBY.
Begitu juga dengan Jusuf Kalla yang pernah menjadi wakil presiden SBY. Jusuf Kalla terkesan percaya diri dan berani mengusung Anies bersama SBY dan Partai Demokrat, mereka berdua punya kans kuat dalam mengonsolidasikan jaringan elit yang pernah terbangun di saat keduanya berkuasa.
Surya Paloh tentu menaruh hormat kepada seniornya di Golkar, Jusuf Kalla. Paloh pun punya kedekatan khusus dengan JK dalam dekade waktu yang lama dalam perjalanan politiknya di Golkar hingga mendirikan NasDem. Sementara PKS terkesan masih sangat menghormati sosok SBY dan terkesan klop bekerja bersama dengan koalisi perubahan.
Koalisi perubahan punya tokoh-tokoh senior pemersatu yang punya chemistry yang kuat antar satu sama lain, serta punya irisan dan kedekatan emosional yang makin mempererat koalisi.
Dengan demikian, bisa dipastikan bahwa dukungan kepada Anies Baswedan akan bertambah kuat apabila AHY resmi diumumkan sebagai cawapres Anies. Jika itu terjadi dalam waktu dekat, dukungan SBY dan jejaring sesepuh lintas partai akan all-out untuk memenangkan Anies.
Jika pun Golkar tidak secara resmi bergabung dengan koalisi perubahan untuk mendukung Anies, namun irisan sebagian elit, kader dan simpatisan Golkar tetap akan mengarahkan dukungan kepada Anies. Maka, calon presiden yang diusung oleh Golkar selain Anies, tidak akan mendapat dukungan kerja maksimal dari kader Golkar dan tidak sepenuhnya dipilih oleh pemilih Golkar.
Sebagai partai besar, sudah saatnya Golkar menentukan pilihan secara seksama. Jika terlambat, maka Golkar akan gagal melakukan konsolidasi internal untuk bekerja maksimal bagi calon presiden yang diusung. Jika Golkar menyatakan bergabung dengan koalisi perubahan, sebagian jalan telah terbuka, maka peta politik jelang 2024 otomatis akan berubah. Pemilihan presiden di tahun 2024 nanti akan semakin menarik.
Jabal Ali Husin Sab
Redaktur tinjauan.id