Plt. Kepala Dinas Pengairan Aceh Erwin Ferdinansyah ST.MT. terus mengoptimalkan pengendalian banjir di seluruh wilayah Aceh di tahun 2026 dalam rangka menyukseskan program pemerintahan Mualem-Dekfadh.
BANDA ACEH – Dinas Pengairan Aceh berupaya optimal dalam menyukseskan program Gubernur Mualem dan Wakil Gubernur Fadhlullah, melalui berbagai upaya. Salah satu isu krusial adalah pencegahan banjir dan pembangunan irigasi di Aceh untuk mendukung program Gubernur dan target ketahanan pangan sesuai dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto.
Dalam hal tersebut, Dinas Pengairan Aceh beberapa waktu lalu telah melaksanakan beberapa kali sidang tim koordinasi pengelolaan sumber daya air di beberapa wilayah sungai. Kegiatan itu diantaranya membahas isu-isu strategis pengelolaan beberapa wilayah sungai seperti WS Baru-Kluet dan WS Teunom – Lambeusoi.
Rangkaian kegiatan tersebut bertujuan menyelesaikan berbagai isu strategis terkait pengelolaan wilayah sungai, berbagai masalah pengairan, khususnya antisipasi dan penyelesaian masalah banjir.
Plt. Kepala Dinas Pengairan Aceh Erwin Ferdinansyah ST. MT. mengatakan bahwa beberapa wilayah sungai, penanganan banjirnya sudah cukup baik. Sementara beberapa wilayah sungai lain masih diperlukan sejumlah penanganan, termasuk penanganan skala besar.
“Yang sudah baik penanganan banjirnya adalah WS. Teunom-Lambesoi. Untuk WS. Pase-Peusangan dan WS. Tamiang-Langsa, masih diperlukan penanganan skala besar berupa banjir kanal Keureuto untuk pengendalian Banjir. Sementara untuk DAS Tamiang, diperlukan bantaran sungai dan tanggul, karena sungai tidak mampu menampung luapan banjir, terang Erwin menjawab pertanyaan pihak tinjauan.id, Sabtu, (8/11/2025).
Erwin menjelaskan bahwa penanganan masalah banjir di Provinsi Aceh berada dalam rencana penanganan prioritas Dinas Pengairan. Yang termasuk dalam agenda prioritas penanganan pencegahan banjir dalam rencana kerjanya adalah pengaturan tata kelola dan pengendalian banjir Wilayah Sungai Pase-Peusangan.
Penanganan Wilayah Sungai Pase-Peusangan
Wilayah Sungai Pase-Peusangan adalah wilayah sungai lintas kabupaten, meliputi lima kabupaten, yaitu: Kabupaten Bireuen, Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Bener Meriah dan Kota Lhokseumawe.
Wilayah Sungai Pase-Peusangan merupakan salah satu daerah rawan banjir, erosi, dan sedimentasi yang menyebabkan pendangkalan sungai sebagai salah satu faktor penyebab banjir. Yang juga menjadi isu strategis di wilayah sungai ini juga masalah pengelolaan sampah yang belum dilaksanakan dengan baik. Juga sejumlah masalah lain seperti degradasi hutan dan penambangan liar.
Luapan air di wilayah Sungai Pase – Peusangan menyebabkan banjir di sejumlah titik, seperti; banjir Krueng Keureuto, Banjir Weih Gile, banjir Krueng Peudada, dan banjir Krueng Pase.
“Pihak Dinas Pengairan Aceh telah melakukan sejumlah upaya penanganan banjir di beberapa sungai tersebut. Upaya ini akan terus kami optimalkan guna meminimalisir potensi banjir yang merugikan masyarakat,” papar Erwin.
Untuk penanganan banjir Krueng Keureuto, telah disusun rencana teknis untuk konstruksi pengendali banjir, lahar, drainase perkotaan dan pengaman pantai di tahun anggaran 2022.
Erwin menjelaskan, untuk penanganan banjir Krueng Keureuto, pembangunan Waduk Keureuto menjadi upaya untuk pengendalian banjir. Sementara penanganan banjir Wieh Gile di Kabupaten Bener Meriah, telah dilakukan pembangunan perkuatan tebing.
Untuk pengendalian banjir Krueng Peudada juga telah dilakukan pembangunan perkuatan tebing. Demikian juga dengan pengendalian banjir Krueng Pase, turut dilakukan pembangunan perkuatan tebing.
Rencana Kerja Dinas Pengairan Aceh Tahun 2026
Plt. Kepala Dinas Pengairan Aceh Erwin Ferdinansyah ST.MT. mengatakan Dinas Pengairan Aceh terus mengoptimalkan pengendalian banjir di seluruh wilayah Aceh di tahun 2026.
“Setidaknya ada beberapa rencana prioritas dalam upaya pengendalian banjir di Wilayah Sungai Pase-Peusangan yang akan dikerjakan di tahun 2026 guna memastikan tata kelola SDA yang baik, dan pastinya melindungi masyarakat dari ancaman banjir,” ungkapnya.
Rencana kerja Dinas Pengairan Aceh itu meliputi pembangunan tanggul dan pengaman tebing Krueng Keureuto di Lhoksukon, rehabilitasi tanggul Krueng Pase, normalisasi Alue Semakan, normalisasi Alue Gento, normalisasi Kreung Geukueh, dan rehab bendungan di Kec. Peudada.
Selain Wilayah Sungai Pase-Peudada, Erwin juga mengungkapkan bahwa Dinas Pengairan Aceh turut berupaya mencegah banjir di Wilayah Sungai Tamiang-Langsa yang selama ini sering mengalami banjir musiman.
Selain itu, turut dilakukan rehabilitasi jaringan irigasi dalam upaya mendukung ketahanan pangan yang menjadi program prioritas Presiden Prabowo. Jaringan irigasi ini nantinya akan membantu pengairan di areal pertanian sawah masyarakat. Diharapkan akan mampu membantu peningkatan produktivitas tanaman padi masyararakat.
“Selain penanganan banjir, kami berencana melakukan dua unit rehabilitasi jaringan irigasi di Kabupaten Aceh Timur dan peningkatan jaringan irigasi di Kec. Peudada. Hal ini dalam rangka menyukseskan program ketahanan pangan yang tercantum dalam Asta Cita Presiden Prabowo. Kami laksanakan sesuai dengan kewenangan kami,” Erwin menjelaskan.
Dengan perencanaan kerja yang telah disusun untuk tahun anggaran 2026, Dinas Pengairan Aceh siap bekerja optimal sesuai dengn rencana kerja yang telah disusun sementara, sembari mengupayakan penataan jaringan irigasi lainnya.
“Kita butuh keterlibatan seluruh elemen atau stakeholder untukk pengelolaan sumber daya air dan ketahanan pangan di aceh. Pemerintah aceh akan terus proaktif berkordinasi ke pemerintah pusat untuk mendorong percepatan pembangunan infrastruktur di Provinsi Aceh, yang didalamnya termasuk infrastruktur pengelolaan sumber daya air,” pungkas Erwin.













Discussion about this post