Tahun ini, Aceh Film Festival mencatat pencapaian penting dengan menerima lebih 3023 film dari 120 negara. Hal ini semakin menegaskan posisi Aceh sebagai tuan rumah festival film internasional yang terus berkembang.
Banda Aceh – Aceh Film Festival (AFF) 2025 resmi memperkenalkan Artwork terbarunya yang sarat makna filosofis. Mengusung tema besar Stratagem, festival ini menekankan siasat sebagai strategi yang lahir dari keterbatasan dan bertransformasi menjadi kekuatan.
Tema tersebut mencerminkan pengalaman para sineas Aceh yang bertahan dengan kreativitas, keberanian, dan upaya mencari ruang agar film tetap bertemu dengan penontonnya.
Tahun ini, AFF mencatat pencapaian penting dengan menerima lebih 3023 film dari 120 negara. Hal ini semakin menegaskan posisi Aceh sebagai tuan rumah festival film internasional yang terus berkembang.
Identitas visual AFF 2025 dirancang secara khusus oleh Iskandar Tungang, seniman sekaligus pengajar Desain Komunikasi Visual di Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh.
Iskandar Tungang menekankan bahwa artwork tersebut bukan sekadar ilustrasi, melainkan “siasat visual” yang merangkum simbol-simbol Aceh, berlapis sejarah, dan tetap relevan di panggung global.
“Artwork ini ibarat kain yang dijahit dari dua zaman, masa lalu yang sakral dengan bahasa visual kekinian. Saya menyebutnya sebagai usaha untuk menuju Neo-Ornamentalisme” ujar lelaki yang sering disapa Tungang.
Artwork tersebut menampilkan wajah harimau Sumatra sebagai pusat visual, simbol keberanian sekaligus pemantau gaib dalam pandangan masyarakat Aceh.
Dari tubuh harimau itu, sayap burung membentang sebagai tanda keterbukaan, sementara kupiah meukeutop di kepalanya menegaskan jati diri Aceh.
Simbol lain yang mencuri perhatian adalah gestur tangan melempar batu yang merefleksikan perlawanan rakyat Palestina.
“Dari paruh burung ababil berkibar bendera Palestina sambil membawa alat perekam, menegaskan peran film sebagai medium untuk merekam, mengingat, dan membebaskan,” ujar Tungang.
Warna merah, kuning, hijau, dan hitam digunakan bukan hanya sebagai palet visual, melainkan bahasa kejayaan, kepemimpinan, serta identitas Aceh. Pola geometris futuristik dipadukan dengan estetika timur yang dekoratif, menghadirkan jembatan antara akar tradisi dan visi masa depan.
Selain Iskandar Tungang, AFF 2025 juga melibatkan lima seniman visual muda Aceh. Mereka adalah Aries Diansyah, Feradi, Fariz Albar, Sabarudin, dan Oviyandi Emnur. Mereka diberi ruang untuk menafsirkan tema Stratagem melalui karya visual yang akan dipamerkan dalam rangkaian festival.
Festival film yang berlangsung pada 2–6 September 2025 di Theater Library dan Aula Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh ini bukan hanya menghadirkan pemutaran film dari berbagai negara, tetapi juga menjadi ajang pertemuan budaya, solidaritas, dan regenerasi seniman.[]
Discussion about this post