Jakarta – Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini, inflasi Desember 2022 tercatat sebesar 0,66% secara bulanan (month to month/mtm) dan 5,51% secara tahunan (year on year/yoy). Kepala BPS, Margo Yuwono, menyebutkan bahwa inflasi Desember terutama disumbang oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Namun, inflasi juga terdapat pada sektor perumahan, air, bahan bakar minyak (BBM), dan transportasi.
Yuwono menambahkan bahwa inflasi tertinggi terjadi di kota Bandung dengan persentase sebesar 2,04%, sedangkan yang terendah terjadi di kota Sorong dengan persentase hanya sebesar 0,01%.
Selain itu, Yuwono juga menyampaikan bahwa inflasi tahun ke tahun atau Desember 2022 terhadap Desember 2021 terjadi sebesar 5,51%. Inflasi tahun 2022 ini merupakan inflasi tahun kalender sepanjang tahun.
Meskipun inflasi terbilang cukup tinggi pada Desember 2022, pemerintah telah menyusun strategi untuk mengendalikannya agar tidak terlalu memberatkan masyarakat. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengukur daya tahan masyarakat setiap enam bulan sekali dan menyiapkan booklet yang akan membantu masyarakat dalam menangani kasus baru.
Tingginya inflasi yang terjadi di Bandung dan rendahnya inflasi yang terjadi di Sorong menunjukkan bahwa tingkat inflasi di Indonesia masih tergolong tinggi dan tidak merata di seluruh wilayah. Inflasi yang tinggi dapat mempengaruhi daya beli masyarakat dan menyebabkan terjadinya kesenjangan sosial. Oleh karena itu, pemerintah harus segera mengambil tindakan yang tepat untuk mengendalikan inflasi agar tidak terus meningkat. Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan menstabilkan harga kebutuhan pokok seperti makanan, minuman, dan tembakau. Pemerintah juga perlu memperkuat koordinasi dengan pelaku usaha dalam mengendalikan harga-harga di pasar.