Strategis dan Mencerahkan!
No Result
View All Result
  • TINJAUAN.ID
  • News
  • Global
  • Politik
    • Nasional
    • Regional
    • Daerah
  • Ekonomi
  • Opini
  • Sejarah
  • Oase
  • Liputan Khusus
  • TINJAUAN.ID
  • News
  • Global
  • Politik
    • Nasional
    • Regional
    • Daerah
  • Ekonomi
  • Opini
  • Sejarah
  • Oase
  • Liputan Khusus
No Result
View All Result
Strategis dan Mencerahkan!
No Result
View All Result
Home Opini

Hipotesis Peristiwa Proklamasi

TINJAUAN ID by TINJAUAN ID
August 18, 2025
Reading Time: 2 mins read
0
Hipotesis Peristiwa Proklamasi

Bung Alkaf, Esais.

Teks baru proklamasi yang kita kenal sekarang merupakan kompromi paling maksimal dari dua kubu ini, Sukarno-Hatta dan pemuda.

Oleh: Bung Alkaf, Esais.

Hipotesis saya, Hakam sedang berada dalam peristiwa penapakan ma’rifat ketika sedang merenungi peristiwa-peristiwa penting menjelang proklamasi kemerdekaan. Karena itu, dia menulis singkat satu letupan dalam pikirannya di laman Facebooknya.

Saya mengutip, tanpa parafrase, pernyataan tersebut, “entah loepa batja di boekoe apa. konon, Boeng Hatta berkata oesoel, semoea orang, tokoh2 penting dan beberapa pemoeda, ikoet tanda tangan dalam teks proklamasi. dan S. Melik menolak. tjoekoep Soekarno Hatta.”

Saya lalu mengirim pesan kepadanya untuk menyampaikan hipotesis mengapa Sayuti Melik, salah satu tokoh pemuda terkemuka saat itu, menolak tawaran Hatta tersebut.

Alasan penolakan Sayuti karena hari-hari penting itu keadaan belumlah terkendali. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi setelah proklamasi kemerdekaan dibacakan, kecuali satu hal: Sekutu akan mendarat di Jakarta untuk mengambil alih kendali pemerintahan dari tangan Jepang yang telah kalah.

Dalam bayangan Sayuti Melik, Sukarno dan Hatta sudah sejak lama diincar oleh sekutu karena selama pendudukan Jepang keduanya melakukan kerjasama. Oleh karena itu, Sayuti memilih tidak terlibat dalam kekacauan yang mungkin saja akan tiba dan lebih mempertahankan posisinya sejak awal yang melakukan oposisi kepada Jepang.

Hipotesis itu dapat diperkuat dengan keinginan para pemuda, dengan menculik Sukarno dan Hatta, agar proklamasi dibacakan tanpa keterlibatan Jepang sama sekali.

Bagi mereka, rencana Indonesia merdeka dalam skema Dokuritsu Junbi Chosakai hanyalah memperkuat tuduhan sekutu kelak bahwa Indonesia merdeka hasil bentukan Jepang. Jika demikian, kemerdekaan tidaklah sah dan secara hukum perang, sekutu berhak menduduki wilayah yang mereka menangkan.

Sialnya, penculikan itu tidak berbuah seperti yang pemuda inginkan. Di saat yang sama, tidak ada satu pun di kalangan yang oposan terhadap Jepang, yang sanggup menyamai reputasi Sukarno dan Hatta untuk menyatakan kemerdekaan Indonesia. Tidak Sjahrir, juga tidak Tan Malaka.

Oleh karenanya, kelompok pemuda haruslah melakukan negoisasi dengan Sukarno dan Hatta. Suka tidak suka, begitulah sejarah ditulis, mereka pun bersama-sama menjumpai petinggi Jepang.

Di rumah Laksamana Maeda teks proklamasi ditulis ulang. Proklamasi yang akan dibacakan dalam hari-hari penting sejak kejatuhan dua bom atom di Jepang tidak lagi menggunakan teks yang diproduksi di lembaga Dokuritsu Junbi Chosakai.

Teks baru proklamasi yang kita kenal sekarang merupakan kompromi paling maksimal dari dua kubu ini, Sukarno-Hatta dan pemuda. Karena kompromi itu juga, maka Sayuti Melik, seperti status Facebook Hakam di atas, menolak dituliskan namanya.

Indonesia pun diproklamasikan. Hanya ada dua nama, atas nama bangsa Indonesia: Sukarno dan Hatta. Dua tokoh ini seperti menunaikan sejarah yang mereka tulis sejak tahun dua puluhan, di saat ide Indonesia merdeka dikemukakan.

Seperti takdir yang tidak bisa mereka tolak, keduanya lah yang namanya dicatat dalam dokumen paling penting negeri ini: teks proklamasi.

Seperti kita tahu bersama, tiga bulan setelahnya, tokoh yang paling keras menentang Jepang, Sjahrir, bersedia bersama Sukarno dan Hatta menjalankan roda pemerintahan dari negara yang masih muda. Keterlibatan Sjahrir, yang digandrungi oleh pemuda, menandakan bahwa Indonesia merdeka bukanlah bentukan Jepang, melainkan kehendak sejarah itu itu sendiri.

Tags: bung AlkafHUT RIopiniProklamasi
ShareTweetSendShare

Related Posts

Review Laporan Keuangan Bank Aceh Syariah (I) ; Triliunan Dana Diinvestasikan ke Luar Aceh
Ekonomi

Review Laporan Keuangan Bank Aceh Syariah (I) ; Triliunan Dana Diinvestasikan ke Luar Aceh

September 10, 2025
Orkestrasi Tiongkok: Parade Militer dan kehadiran Prabowo
Dunia

Orkestrasi Tiongkok: Parade Militer dan kehadiran Prabowo

September 6, 2025
Hipotesis Peristiwa Proklamasi
Daerah

Bendera-bendera di Aceh

September 6, 2025
Ketika Opini “Masih Adakah Ulama Alumni Dayah” Memasuki Wilayah Kebenaran Baru
Daerah

“Teungku, Dayah Mana yang Aman dari Bully?” Melindungi Anak dari Perundungan

September 6, 2025
Jepang Maju dengan Melakukan Reformasi Sosial, Dimulai Tahun 1919
Dunia

Jepang Maju dengan Melakukan Reformasi Sosial, Dimulai Tahun 1919

September 4, 2025
Aceh dalam Geopolitik Global
Daerah

Aceh dalam Geopolitik Global

September 3, 2025
Next Post
Renungan Kemerdekaan: Menelisik Sejarah Islam di Indonesia.

Refleksi Kemerdekaan: Menelisik Kembali Sejarah Islam di Indonesia

Wagub Aceh Fadhlullah Sambut Peserta Pawai Budaya HUT ke-80 RI

Wagub Aceh Fadhlullah Sambut Peserta Pawai Budaya HUT ke-80 RI

Discussion about this post

Recommended Stories

Riza Chalid Ditetapkan Tersangka Kasus Korupsi Pertamina 285 Triliun, Siapa Dia?

Riza Chalid Ditetapkan Tersangka Kasus Korupsi Pertamina 285 Triliun, Siapa Dia?

July 11, 2025
Sulit Mendapatkan Pekerjaan di Banda Aceh, Lulusan Sarjana Paling Rentan

Sulit Mendapatkan Pekerjaan di Banda Aceh, Lulusan Sarjana Paling Rentan

July 29, 2025
Alijullah Hasan Yusuf Hadiri Syarah Budaya di Sigli, Bagikan Kisah Perjalanan Hidup ke Eropa Sigli, 23 Juli 2025 – Komunitas Beulangong Tanoh menggelar kegiatan Syarah Budaya bersama tokoh Aceh, Alijullah Hasan Yusuf, pada Rabu (23/7) sore di balai kayu Pekarangan Warong Kupi Kulam, Sigli. Acara dimulai pukul 16.30 hingga 18.00 WIB dan diikuti oleh peserta dari berbagai kalangan serta komunitas, termasuk FAMe Pidie dan sejumlah komunitas literasi dan budaya lainnya. Alijullah Hasan Yusuf, atau akrab disapa Pak Ali, merupakan tokoh asal Blang Paseh yang dikenal luas sejak tahun 1970-an melalui kisahnya sebagai “penumpang gelap” menuju Eropa. Kisah tersebut kemudian dibukukan dengan judul Penumpang Gelap dan menjadi titik awal ketenarannya. Dalam kegiatan tersebut, Pak Ali membagikan pengalamannya merantau dari Aceh hingga ke Eropa. Ia bercerita tentang masa kecilnya yang dipenuhi oleh pembacaan Hikayat Aceh di kampung halaman, ketertarikannya terhadap pesawat, hingga akhirnya memberanikan diri naik pesawat sebagai penumpang gelap setelah meneliti kebiasaan orang-orang di bandara saat bekerja di Jakarta. “Waktu kecil saya hanya dengar bunyi pesawat dari kejauhan. Saat melihat langsung pesawat di Kuta Cane, saya cuma bisa berbisik dalam hati: suatu hari saya akan naik pesawat itu, apa pun caranya,” ujar Pak Ali disambut tawa oleh segenap peserta yang hadir. Selain berbagi kisah pribadinya, Pak Ali juga menceritakan pertemuannya dengan sejumlah tokoh nasional, seperti Bung Hatta, Soemitro Djojohadikoesoemo, Daud Beureueh, Hasan Tiro, dan B.J. Habibie. Ia mengungkapkan bahwa Bung Hatta adalah sosok yang menyemangatinya untuk menuliskan kisah hidupnya. “Pak Hatta bilang langsung ke saya, ‘Ali, kamu harus menulis kisah hidupmu. Ini penting untuk generasi muda.’ Itu yang membuat saya mulai serius menulis,” jelas Pak Ali. Dorongan itu melahirkan buku otobiografi Penumpang Gelap yang kemudian banyak dibaca dan dikagumi, termasuk oleh calon istrinya sendiri, yang kelak ia temui dan nikahi di Indonesia. Sementara itu, pertemuannya dengan B.J. Habibie terjadi di sebuah bukit di Paris, di mana Pak Ali dan Mantan Presiden Indonesia ke-3 itu berdiskusi panjang mengenai pembangunan Aceh, termasuk rencana menghidupkan kembali jalur kereta api Aceh yang belum sempat terwujud. “Pak Habibie bilang ke saya, dia ingin membangun Aceh dengan menghidupkan kembali jalur kereta api. Tapi takdir berkata lain, beliau keburu dilengserkan,” ujar Pak Ali dengan nada haru. Pak Ali hadir di lokasi acara dengan pakaian santai, kaos berkerah putih, celana jeans biru, sepatu putih, lengkap dengan topi dan kacamata. Ia didampingi oleh istrinya, Suryati, serta anak perempuan mereka. Acara yang dipandu langsung oleh Yulia Erni, berlangsung dalam suasana akrab dan penuh antusiasme. Pesertapun terlihat aktif menyimak dan berebutan untuk melayangkan pertanyaan yang bermuara dialog panjang. Di penghujung ceritanya tadi, Pak Ali menyampaikan pesan yang menjadi inti dari perjalanan hidupnya sekaligus warisan pemikiran yang ingin ia tularkan kepada generasi muda, “Kita harus berani merantau, menulis, dan membaca,” Menurutnya, tiga hal sederhana ini merantau, menulis, dan membaca adalah kunci yang telah membuka banyak pintu dalam hidupnya. Merantau mengajarkannya tentang dunia dan keberanian, menulis membuatnya diingat dan dikenang, sementara membaca membentuk cara pandangnya terhadap kehidupan. “Merantau membuat saya berani keluar dari kampung, dari zona nyaman. Menulis membuat saya bisa merekam hidup saya, dan membaca membuat saya mengerti hidup orang lain,” jelasnya. Pak Ali berharap agar generasi muda Aceh, khususnya peserta yang hadir hari itu, tidak ragu untuk bermimpi besar, dan menjelajah dunia.

Alijullah Hasan Yusuf Hadiri Syarah Budaya di Sigli, Bagikan Kisah Perjalanan Hidup ke Eropa

July 23, 2025

Popular Stories

  • Kritik Kosong tentang Ulama Dayah Adalah Opini yang Tak Perlu Ditulis

    Kritik Kosong tentang Ulama Dayah Adalah Opini yang Tak Perlu Ditulis

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tak Kunjung Dapat Kerja di Aceh, Hendra Nekat Merantau ke Australia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari ini Presiden Prabowo akan Reshuffle Kabinet, Beredar Sejumlah Nama Menteri Baru

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Review Laporan Keuangan Bank Aceh Syariah (I) ; Triliunan Dana Diinvestasikan ke Luar Aceh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tanah Wakaf Tidak Boleh Dikuasai Negara (Suara dari Blang Padang untuk Keadilan Syariat)

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • TINJAUAN.ID
  • Pedoman Media Siber
Email: redaksi.tinjauan@gmail.com

© 2025 Tinjauan.ID - Strategis dan Mencerahkan!

No Result
View All Result
  • TINJAUAN.ID
  • News
  • Daerah
  • Nasional
  • Dunia
  • Ekonomi
  • Politik
  • Opini
  • Oase
  • Sejarah
  • Contact Us

© 2025 Tinjauan.ID - Strategis dan Mencerahkan!

Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?