Mengenai keterlibatan Hasan Tiro dengan CIA, dilakukan sebagai sebuah strategi yang diambil untuk membela kepentingan Aceh dalam upayanya untuk memperjuangkan kemerdekaan Aceh.
BANDA ACEH – Dalam dokumen kejaksaan AS yang diserahkan ke senat tahun1950-1955 menyebutkan bahwa Hasan Tiro terlibat bekerja dengan Central Intelligence Agency (CIA). Dokumen tersebut memuat nomor keanggotaan Hasan Tiro di dalam institusi intelijen resmi pemerintah Amerika Serikat tersebut.
Fakta ini diungkap oleh Haekal Afifa, penulis buku Jalan Pikiran 100 Tahun Tengku Hasan di Tiro, pada acara diskusi dan bedah buku tersebut di Colloseum Kupi, Kamis, (25/9/2025) di Banda Aceh.
Mengenai keterlibatan Hasan Tiro dengan CIA, menurut Haekal, dilakukan sebagai sebuah strategi yang diambil untuk membela kepentingan Aceh dalam upayanya untuk memperjuangkan Republik Islam Indonesia.
Haekal turut mengungkap relasi Hasan Tiro dengan banyak tokoh di Amerika Serikat. Ia pernah kuliah dan tinggal di Amerika Serikat, ia pernah menjabat posisi diplomat di Kedutaan Besar Indonesia untuk PBB di New York, Amerika Serikat.
Tiro, di kala polemik hubungan Aceh dengan pemerintah pusat memburuk, tepatnya di masa kabinet Ali Sostroamidjojo pada masa Orde Lama. Ia mengundurkan diri dari posisinya sebagai Kepala Riset Ekonomi di Departemen Penerangan Kedutaan Indonesia untuk PBB di Amerika Serikat.
Pasca hubungan Aceh-Jakarta memburuk, dan di saat Abu Daud Beureueh mendirikan Darul Islam, lalu mendeklarasikan Republik Islam Aceh, Hasan Tiro diangkat sebagai Menteri Luar Negeri dan Duta Besar Aceh untuk PBB.
Posisi pergerakan politik itu telah dilakukannya sebelum mendeklarasikan Aceh Merdeka pada 4 Desember 1976.
Perjuangan Hasan Tiro untuk memerdekakan Aceh berlangsung selama 30 tahun sebelum akhirnya ditandatanganinya perjanjian damai MoU Helsinki yang mengakhiri konflik antara Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka.
Narasi Sejarah dan Intelektualisme Hasan Tiro
Haekal Afifa yang sebelumnya menerjemahkan dua buku karya Hasan Tiro, Aceh di Mata Donya dan The Price of Freedom, menjelaskan bahwa setidaknya Hasan Tiro punya konsep narasi sejarah dan intelektualisme yang membuka kesadaran tentang jati diri orang Aceh.
Menurut Haekal, ia bukan hanya dilihat sebagai tokoh perjuangan dan aktor politik, melainkan seorang Intelektual yang punya pemikiran dan konsep falsafah keacehan.
Deklarator Aceh Merdeka itu telah mengingatkan kembali orang Aceh masa itu tentang identitas orang Aceh dan fakta sejarah bahwa Aceh adalah sebuah entitas kebangsaan yang telah berjaya di masa lalu. Haekal melanjutkan, kesadaran sejarah ini yang harus kita ambil sebagai sebuah semangat untuk bangkit.
“Warisan pemikiran Hasan Tiro perlu dirawat, sebagai bagian dari sejarah Intelektual Aceh kontemporer. Selain pejuang, ia adalah pemikir,” pungkasnya.[]
Discussion about this post