Saat demonstrasi besar-besaran di tanggal 1 September lalu, ada peserta demo yang mengusung bendera Bintang Bulan. Bendera yang menjadi simbol perlawanan dari Gerakan Aceh Merdeka selama lebih dari tiga dekade.
Tidak ada pengibaran bendera One Piece Di Aceh. Bahkan, saat demonstrasi besar-besaran di tanggal 1 September lalu, ada peserta demo yang mengusung bendera Bintang Bulan. Bendera yang menjadi simbol perlawanan dari Gerakan Aceh Merdeka selama lebih dari tiga dekade. Hal demikian menunjukkan bahwa keresahan secara nasional tidak melulu terjadi di Aceh. Demikian setiap harinya.
Bagi Aceh, daerah ini memiliki keresahan yang khas. Kebetulan, ada banyak orang di Aceh yang dapat merumuskan keresahan itu dengan level yang canggih. Begitu juga dengan perkara bendera itu. Di Aceh, sejak tahun 1945, sudah ada beberapa bendera yang pernah dan sedang berkibar.
Ada banyak ragam bendera yang ada di atas Aceh menunjukkan kompleksitas wilayah ini. Bukan provinsi biasa, kata Humam Hamid dalam satu esainya. Oleh karena itu, tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan keberadaan bendera itu dalam perspektif yang kompleks itu tadi.
Pertama, bendera merah putih. Bendera ini merupakan pilihan baru orang Aceh di abad ke dua puluh setelah dikalahkan oleh Belanda dalam perang yang melelahkan. Bendera Merah Putih merupakan jawaban dari zaman baru itu. Zaman tanpa penghisapan satu sama lain. Merah putih juga sebagai simbol kedaulatan rakyat yang setara dan penuh persaudaraan. Alasan itulah yang membuat para tokoh agama dan nasional di Aceh memilih untuk menaikkan bendera itu.
Kedua, bendera Merah Putih dengan penambahan bulan dan bintang. Bendera dalam bentuk ini merupakan imajinasi Indonesia dengan dasar Islam. Imajinasi ini tumbuh bersamaan dengan naiknya konsep kebangsaan di wilayah Hindia Belanda.
Dalam imajinasi muslim Indonesia, negara masa depan yang tanpa penjajahan adalah dibangun atas dasar dan cita-cita Islam. Atas alasan itu, Aceh bersedia menjadi bagian dan membangun Indonesia sejak awal. Namun, jalan sejarah berbelok. Muncul kemarahan di Aceh yang membuat bendera Merah Putih dengan simbol bulan bintang berkibar.
Ketiga, Bendera Alam Peudeung. Bendera berwarna merah dengan gambar pedang yang berkilau diyakini sebagai benderanya Kerajaan Aceh Darussalam. HM. Zainuddin, dalam bukunya Tarich Aceh, meyakini publik bahwa demikianlah bentuk bendera Aceh di masa kesultanan.
Kini, dengan kebangkitan politik kelompok anak keturunan raja-raja Aceh, bendera Alam Peudeung menjadi simbol dari keberadaan ulang mereka dalam abad modern ini. Bahkan, secara antropologis, beberapa masyarakat terlihat dengan artikulatif menggunakan peci dengan lambang bendera Alam Peudeung di pecinya.
Keempat, bendera Bintang Beuleun. Bendera ini dikreasikan oleh Hasan Tiro ketika membangun gerakan perlawanan Aceh Merdeka. Hasan Tiro berkeyakinan bahwa melalui Tgk. Chik di Tiro, kedaulatan politik Aceh harus dilanjutkan. Bendera tersebut selama lebih dari tiga dekade menjadi simbol kehendak untuk berdaulat.
Kini, setelah masa damai tiba, lembaga legislatif yang didominasi oleh mantan GAM memutuskan bahwa bendera Bintang Beuleun itu menjadi bendera daerah Aceh. Keinginan yang belum direstui oleh Pemerintah Indonesia di Jakarta.
Keberadaan keempat bendera yang pernah dan sedang, atau, akan, berkibar di Aceh menandakan dinamika daerah ini yang tinggi. Dari keempat bendera itu, Aceh menunjukkan ke dunia luar bahwa kompleksitas yang ada selalu memiliki ruang diskursusnya.
Oleh: Bung Alkaf, Esais.
Discussion about this post