Strategis dan Mencerahkan!
No Result
View All Result
  • TINJAUAN.ID
  • News
  • Global
  • Politik
    • Nasional
    • Regional
    • Daerah
  • Ekonomi
  • Opini
  • Sejarah
  • Liputan Khusus
  • Editorial
  • Pojok Ekraf
  • TINJAUAN.ID
  • News
  • Global
  • Politik
    • Nasional
    • Regional
    • Daerah
  • Ekonomi
  • Opini
  • Sejarah
  • Liputan Khusus
  • Editorial
  • Pojok Ekraf
No Result
View All Result
Strategis dan Mencerahkan!
No Result
View All Result
Home Daerah

Reza Idria: Menjaga Perdamaian Aceh Lewat Kesejahteraan

TINJAUAN ID by TINJAUAN ID
August 14, 2025
Reading Time: 2 mins read
0
Reza Idria: Menjaga Perdamaian Aceh Lewat Kesejahteraan

Reza Idria, Direktur Eksekutif International Centre for Aceh and Indian Ocean Studies.

Reza Idria menegaskan bahwa cinta pada perdamaian Aceh saja tidak cukup, harus ada rasionalitas, data, dan program nyata untuk menjaganya.

BANDA ACEH – Dua puluh tahun lalu, tepat 15 Agustus 2005, dunia menyaksikan lahirnya MoU Helsinki yang mengakhiri konflik bersenjata di Aceh. Sejak itu, dentum senjata berganti riuh pasar, aroma darah digantikan wangi kopi di warung-warung.

Bagi Dr. Reza Idria, Direktur International Centre for Aceh and Indian Ocean Studies (ICAIOS), capaian ini adalah sesuatu yang luar biasa.

“Pertama sekali kita wajib bersyukur,” ujarnya membuka percakapan.

“Perjanjian damai Aceh ini sudah berusia 20 tahun sesuatu yang jarang terjadi di dunia. Banyak negara lain gagal menjaga perdamaian selama itu,” ungkapnya.

Bagi Reza, perdamaian adalah pintu menuju pemulihan. Tanpanya, Aceh tak mungkin membicarakan pembangunan ekonomi atau kesejahteraan. Namun rasa syukur itu, katanya, harus dibarengi refleksi.

“Kita harus jujur. Angka kemiskinan Aceh masih tinggi. Keistimewaan yang kita miliki belum dipahami secara inklusif. Banyak yang hanya hafal kata ‘khusus’ dan ‘istimewa’, tapi tidak tahu apa substansinya,” tuturnya.

Ia menyoroti bahwa pengetahuan soal status istimewa Aceh sering kali hanya dimiliki kalangan pakar hukum, sementara masyarakat luas termasuk generasi muda tidak benar-benar memahaminya.

Tata Kelola dan Kepedulian Publik

Reza menilai lemahnya tata kelola pemerintahan menjadi salah satu akar masalah stagnasi pembangunan. Meski dana khusus terus mengalir, perbaikan signifikan di bidang kesejahteraan, kesehatan, dan pendidikan belum terlihat.

“Ada masalah akuntabilitas, transparansi, dan prioritas penggunaan anggaran serta rasa kepemilikan publik. Publik kita jarang mengawal dana itu. Mereka baru ribut kalau tidak kebagian proyek, tapi jarang bertanya apakah penggunaannya benar,” katanya, memberi perbandingan dengan negara-negara seperti Amerika, Singapura, atau Belanda, di mana dana publik menjadi perhatian serius warga.

Rasa Percaya yang Rapuh

Bagi Reza, perdamaian ibarat hubungan rumah tangga yang terikat secara formal, tapi rapuh jika rasa percaya hilang.

“Rasa percaya itu fragile (mudah pecah). Dan cara paling aman menjaganya adalah lewat kesejahteraan. Masalah ekonomi bisa memicu keretakan, sama seperti dalam hubungan pribadi,” jelasnya.

Reza Idria menegaskan bahwa cinta pada perdamaian Aceh saja tidak cukup, harus ada rasionalitas, data, dan program nyata untuk menjaganya.

Tantangan Pasca Dana Otsus

Salah satu kekhawatiran terbesarnya adalah masa depan Aceh setelah berakhirnya dana Otonomi Khusus. Tanpa strategi keluar yang jelas, ketiadaan dana itu bisa memicu masalah baru yang mengancam perdamaian.

“Dengan sisa modal yang kita punya, pemerintah harus serius memperbaiki tata kelola dan membangun kembali rasa percaya masyarakat,” ujarnya.

Reza menaruh harapan pada anak muda yang tak mengalami langsung konflik, tetapi bisa memaknainya lewat pendidikan. Ia mendorong lahirnya kurikulum perdamaian di sekolah dan kampus sesuatu yang sudah dibicarakan sejak 10 tahun lalu, namun tak kunjung terealisasi.

“Sekarang giliran generasi muda yang mendesak itu,” tegasnya.

Buah dari Perdamaian

Meski tantangan masih banyak, Reza mengakui ada capaian penting selama dua dekade ini. Aceh memiliki lembaga-lembaga istimewa seperti Baitul Mal dan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR), memiliki himne daerah, bahkan aturan-aturan lokal yang tak dimiliki provinsi lain.

“Itu semua buah dari perdamaian,” katanya.

Reza mengakhiri percakapan dengan pesan sederhana namun mendalam.

“Perdamaian bukan sekadar tidak ada perang. Ia adalah tentang bagaimana kita membangun masa depan bersama dengan rasa percaya, kesejahteraan, dan kepedulian publik yang nyata,” tutupnya.

Tags: 20 tahun perdamaianAcehperdamaian AcehReza Idria
ShareTweetSendShare

Related Posts

ISBI Aceh Gagas “Seni Assalamu’alaikum”, Rayakan Hari Seni Islam Internasional 2025
News

ISBI Aceh Gagas “Seni Assalamu’alaikum”, Rayakan Hari Seni Islam Internasional 2025

November 8, 2025
Sukseskan Program Pemerintahan Mualem-Dekfadh, Dinas Pengairan Aceh Fokus Kendalikan Banjir dan Bangun Irigasi di Aceh
Liputan Khusus

Sukseskan Program Pemerintahan Mualem-Dekfadh, Dinas Pengairan Aceh Fokus Kendalikan Banjir dan Bangun Irigasi di Aceh

November 8, 2025
Aceh Besar Raih Juara Umum MTQ ke-37, Wagub Tutup MTQ Pijay
Daerah

Aceh Besar Raih Juara Umum MTQ ke-37, Wagub Tutup MTQ Pijay

November 7, 2025
Hijab Pintoe Aceh, Memadukan Tradisi dengan Tren Fashion Terkini
Daerah

Hijab Pintoe Aceh, Memadukan Tradisi dengan Tren Fashion Terkini

November 8, 2025
Satu Dekade PWI Nagan Raya, Jamaluddin Idham Mendapat Penghargaan Sebagai Politisi Muda Inspirasi
Daerah

Satu Dekade PWI Nagan Raya, Jamaluddin Idham Mendapat Penghargaan Sebagai Politisi Muda Inspirasi

November 5, 2025
Kafilah Aceh Besar Tampil Maksimal pada Cabang Tahfidz 10 dan 20 Juz MTQ ke-37 Aceh 2025
Daerah

Kafilah Aceh Besar Tampil Maksimal pada Cabang Tahfidz 10 dan 20 Juz MTQ ke-37 Aceh 2025

November 4, 2025
Next Post
Refleksi 20 Tahun Damai Aceh, Sebuah Panduan Merebut Hak

Refleksi 20 Tahun Damai Aceh, Sebuah Panduan Merebut Hak

Dari Damai Menuju Sejahtera, Pesan Strategis SBY untuk Aceh

Dari Damai Menuju Sejahtera, Pesan Strategis SBY untuk Aceh

Discussion about this post

Recommended Stories

Sejarah Peresmian Pabrik Gula Cot Girek. Presiden Soeharto Datang Naik Helikopter

Sejarah Peresmian Pabrik Gula Cot Girek, Presiden Soeharto Datang Naik Helikopter

July 26, 2025

Teuku Rassya sampaikan pentingnya budaya dan kolaborasi di Kampus UIN Ar-Raniry 

July 6, 2025
Daud Beureueh: dari Rekognisi ke Rekonsiliasi

Bendera-bendera di Aceh

September 6, 2025

Popular Stories

  • Tingkat Pengangguran Usia Muda Tinggi, Indonesia Berjuang Ciptakan Lapangan Kerja

    Prabowo Segera Bentuk Tim Reformasi Polri, Bentuk Juga Komisi Investigasi Insiden Agustus

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kritik Kosong tentang Ulama Dayah Adalah Opini yang Tak Perlu Ditulis

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gaji PPPK Aceh Macet Hampir 4 Bulan, Ribuan ASN Hidup dengan Utang Karena APBA-P Tak Kunjung Jelas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tak Kunjung Dapat Kerja di Aceh, Hendra Nekat Merantau ke Australia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Review Laporan Keuangan Bank Aceh Syariah (I) ; Triliunan Dana Diinvestasikan ke Luar Aceh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • TINJAUAN.ID
  • Pedoman Media Siber
Email: redaksi.tinjauan@gmail.com

© 2025 Tinjauan.ID - Strategis dan Mencerahkan!

No Result
View All Result
  • TINJAUAN.ID
  • News
  • Daerah
  • Nasional
  • Dunia
  • Ekonomi
  • Politik
  • Opini
  • Sejarah
  • Editorial
  • Pojok Ekraf
  • Contact Us

© 2025 Tinjauan.ID - Strategis dan Mencerahkan!

Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?