Perlu diketahui bahwa program pemerintah yang paling banyak melibatkan rantai pasok usaha mikro, kecil dan menengah adalah program MBG alias program makan bergizi gratis.
Program MBG adalah salah satu kebijakan radikal yang diambil pemerintah. Kebijakan ini tergolong berani. Banyak pihak yang melontarkan kritik. Mulai dari jumlah besaran anggaran yanng fantastis, hingga sorotan terhadap berbagai permasalahan dalam pelaksanaan program di lapangan.
Perlu diketahui bahwa program pemerintah yang paling banyak melibatkan rantai pasok usaha mikro, kecil dan menengah adalah program MBG alias program makan bergizi gratis.
Pada program ini, anda tidak bisa menjadi vendor mensuplai semen, besi, baja, alat elektronik, teknologi high-tech, semi-konduktor, mesin berteknologi tinggi (kecuali alat dapur terbatas yang sekali beli), tidak dengan barang-barang seperti yang disebutkan.
MBG bukan program yang melibatkan pembelian besar-besaran barang produksi korporasi raksasa. MBG melibatkan rantai pasok para petani produsen padi/beras, peternak ayam, ikan air tawar, nelayan yang menangkap ikan, petani sayur-sayuran dan buah-buahan, produsen tahu dan tempe dan usaha kecil lainnya.
Lalu mempermasalahkan ratusan triliun tersebut mengalir bagi para petani, peternak dan penjual kebutuhan makanan seperti itu apakah layak dipermasalahkan? Sementara sejak dulu pemerintah telah mengucurkan program ratusan bahkan ribuan triliun untuk program pembangunan berbagai hal yang tidak memberi kontribusi langsung pada rantai pasok petani, peternak, nelayan.
Mengherankan jika penolakan terhadap program MBG lebih besar ketimbang penolakan terhadap program pembangunan tol selama era tiga presiden terakhir? Tol memang jelas memberikan dampak bagi masyarakat, saya setuju dengan hal tersebut. Namun MBG tidak kalah pentingnya dan tidak kalah dampaknya, dilihat dari berbagai indikator penilaian.
Di program MBG, uang tidak mengalir untuk korporasi penyedia barang dan jasa yang dominannya produk industri manufaktur dan teknologi, yang sebagian barang bakunya berasal dari luar negeri, otomatis uang mengalir ke luar negeri.
Sementara apabila kita melihat kemana uang mengalir dari program MBG? Yang paling dominan, uangnya berputar di tengah-tengah masyarakat. Lebih tepatnya, uang mengalir kepada produsen pertanian, peternakan, perikanan yang merupakan rakyat kecil, wong cilik, rakyat Indonesia sendiri.
Mungkin sebagian rantai pasok juga melibatkan pelaku sektor pertanian, perikanan dan peternakan yang sudah terindustrialisasi. Diantaranya mungkin pabrik kilang padi, produsen peternak telur ayam dan ayam pedaging atau industri peternakan daging sapi.
Namun, dibandingkan dengan industri pengolahan nikel dan tambang batubara, industri ternak ayam pedaging dan petelur serta kilang padi, sangat jauh sekali berbeda besaran skala usahanya.
Industri di sektor pertanian, peternakan dan perkebunan rata-rata di Indonesia adalah industri kecil, kemungkinan ada beberapa yang berada di level menengah. Ya tentu tidak bisa dibandingkan dengan perusahaan tambang yang telah melantai di bursa efek dan valuasi aset yang ratusan kali lipat. Sangat tidak layak untuk dibandingkan.
Maka sebenarnya program MBG adalah program yang paling banyak melibatkan rantai pasok pelaku UMKM, paling memungkinkan uang berputar di dalam negeri, dan berpotensi melibatkan paling banyak jumlah tenaga kerja. Baik tenaga kerja di setiap dapur MBG, maupun tenaga kerja di setiap unit usaha yang terlibat dalam rantai pasok dapur MBG.
Ketika Presiden Prabowo lebih memprioritaskan program MBG yang konon katanya menghabiskan anggaran hingga 360 triliun tiap tahunnya, atau 1,2 triliun per hari, banyak yang menilai kebijakan ini sebagai pemborosan.
Namun bagi saya, ketika Prabowo memilih memprioritaskan MBG ketimbang penambahan anggaran pembangunan IKN, bahkan sedikit mengurangi anggaran untuk infrastruktur seperti jalan tol, dll. Ini seharunya bisa dilihat sebagai bentuk keberpihakan Prabowo kepada rakyat.
Bahkan priorotas Kementerian PU yang membangun infrastruktur diarahkan dalam menyukseskan kedaulatan pangan, seperti fokus pada pembangunan irigasi yang bertujuan untuk mengaliri sawah agar produktivitas pertanian padi Indonesia meningkat.
Tentu evaluasi terhadap program MBG ini perlu dilakukan. Bahkan perlu dilakukan riset lebih mendalam tentang dampak program MBG selama satu tahun ke depan setelah program ini berjalan efektif. Dengan evaluasi dan riset mendalam, tentu berbagai kelemahan program ini dapat diatasi dan disempurnakan.
Jika nantinya dilakukan riset mengenai program MBG, termasuk dampaknya terhadap usaha di sektor pertanian, peternakan dan perikanan, saya yakin sektor usaha masyarakat wong cilik ini (petani, peternak, nelayan) akan dibuktikan lebih produktif dan tumbuh positif sejak diterapkannya program MBG.
Sekali lagi kita harus lebih adil dalam menilai program MBG. Bukan terpaku hanya pada besaran anggarannya. Tapi soal berapa banyak anak Indonesia yang terpenuhi kecukupan gizinya. Juga soal berapa banyak tenaga kerja dan unit usaha yang terlibat dalam rantai pasok MBG ini.
Selain memberi dampak pada peningkatan kesehatan serta kualitas pendidikan kita, saya yakin program MBG juga berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi, khususnya menguntungkan petani.
Oleh: Jabal Ali Husin Sab
Penulis adalah analis kebijakan publik Saman Strategic Indonesia.
Discussion about this post