Melalui program ini, sesuai arahan Menteri Ekonomi Kreatif Teuku Riefky Harsya, pihak kementerian berharap pelaku industri fesyen di Aceh dapat terus berkembang dan berdaya saing di pasar global.
BANDA ACEH – Kementerian Ekonomi Kreatif (Kemenekraf) memulai program Bootcamp Akselerasi Fesyen Muslim Indonesia 2025 di Aceh, sebagai lokasi pertama dari tiga provinsi penyelenggara, yaitu Aceh, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kegiatan yang digelar oleh Deputi Bidang Kreativitas, Direktorat Fesyen Kemenekraf ini menghadirkan 10 brand fesyen muslim terbaik hasil kurasi dari pelaku ekonomi kreatif di Aceh dan sekitarnya.
Program ini bertujuan mendorong peningkatan kualitas produk, memperluas skala bisnis, dan menyiapkan brand fesyen lokal agar mampu menembus pasar nasional hingga global.
“Kami memilih 10 brand terbaik dari Aceh dan sekitarnya untuk kami akselerasi. Harapannya, mereka bisa naik kelas, tidak hanya di level lokal, tapi juga menembus pasar nasional bahkan global,” ujar Romi Astuti, Direktur Fesyen Deputi Kreativitas Budaya dan Desain Kemenekraf RI, Rabu (22/10/2025) di Banda Aceh.
Acara tersebut turut dihadiri istri Gubernur Aceh yang juga Ketua Dharma Wanita dan Ketua Dekranasda Aceh, Marlina Muzakir. Marlina menyatakan dukungan dan apresiasi atas terselenggaranya program ini. Ia berharap jenama fesyen nasional bisa bersaing di level nasional, hingga dipasarkan ke luar negeri.
“Kami mendukung penuh program Menekraf ini. Semoga produk fesyen Aceh bisa menembus pasar luar negeri,” ujar Marlina.
Kolaborasi Lintas Lembaga Dukung Ekosistem Fesyen Halal
Program ini menggandeng sejumlah lembaga strategis seperti Islamic Fashion Institute (IFI) Bandung, Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), serta Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH).
IFI berperan dalam memberikan pendampingan teknis dan penguatan kapasitas desain, sementara KNEKS memperkuat pemahaman peserta terhadap sistem keuangan syariah dan potensi Indonesia sebagai kiblat industri halal dunia. BPJPH hadir memberikan edukasi tentang konsep fesyen halal yang kini menjadi nilai tambah dalam pasar global.
“Tidak hanya makanan yang bisa berlabel halal, tetapi fesyen pun bisa. Produk fesyen dengan label halal memiliki daya saing dan nilai jual lebih tinggi di pasar internasional,” jelas Romi.
Pendampingan dari Hulu ke Hilir
Selain pelatihan teknis, peserta juga mendapatkan pembekalan menyeluruh mengenai seluruh ekosistem industri fesyen mulai dari proses kreasi, produksi, distribusi, hingga promosi.
Romi menegaskan, Kemenparekraf akan terus mendampingi pelaku usaha yang telah lolos kurasi untuk mendapatkan akses pembiayaan dan pendampingan lanjutan.
“Kami berikan pemahaman dari hulu hingga hilir agar bisnis mereka bisa berkelanjutan. Ketika mereka butuh pembiayaan, kami akan bantu arahkan melalui program lain yang sesuai,” ujarnya.
Proses Kurasi Objektif dan Prospek Cerah
Proses seleksi peserta dilakukan secara profesional oleh tim kurator yang terdiri dari perwakilan IFI, Indonesia Fashion Chamber (IFC), dan praktisi industri fesyen. Dari sekitar 100 peserta yang mendaftar, hanya 10 brand terpilih berdasarkan kualitas, potensi pasar, dan orisinalitas produk.
“Kami pastikan hasil kurasi objektif, tidak ada kedekatan pribadi. Brand yang terpilih ini sangat prospektif untuk dibawa ke level nasional,” kata Romi.
Aceh Jadi Titik Awal Ekonomi Syariah Nasional
Pemilihan Aceh sebagai lokasi pertama pelaksanaan Akselerasi Fesyen Muslim Indonesia 2025 bukan tanpa alasan. Menurut Romi, Aceh memiliki nilai strategis karena menjadi daerah dengan basis penerapan syariat Islam yang kuat dan menjadi pilot project ekonomi syariah Indonesia.
“Aceh memiliki masyarakat muslim yang mayoritas, budaya yang kental dengan nilai Islam, dan potensi ekonomi syariah yang kuat. Karena itu, kami mulai dari Aceh sebagai langkah awal akselerasi fesyen muslim nasional,” ungkapnya.
Harapan Kemenekraf
Melalui program ini, sesuai arahan Menteri Ekonomi Kreatif Teuku Riefky Harsya, pihak kementerian berharap pelaku industri fesyen di Aceh dapat terus berkembang dan berdaya saing di pasar global.
“Kami ingin produk Aceh tidak hanya dikenal di daerah, tapi juga mampu merambah pasar nasional dan internasional. Dengan sinergi ekosistem fesyen halal, Indonesia bisa benar-benar menjadi trend center dan kiblat fesyen muslim dunia,” tutup Romi.[]













Discussion about this post