Dalam tiga abad terakhir, khususnya di era kapitalisme, teknologi manusia berkembang dengan sangat cepat, perubahan keadaan ini hampir tidak pernah tercatat sebelumnya dalam sejarah umat manusia.
Oleh: Fauzan Inzaghi*
Salah satu kelebihan utama dari sistem kapitalisme adalah meningkatkan kreatifitas dan inovasi manusia, karena tanpa itu manusia tidak akan mampu bersaing. Hal ini yang membuat umat manusia sejak memakai sistem kapitalisme dalam berekonomi, mampu mendapatkan banyak penemuan baru tentang hukum dan rahasia alam semesta dalam waktu yang sangat singkat.
Maka dari itu dalam tiga abad terakhir, teknologi manusia berkembang dengan dangat cepat, keadaan ini hampir tidak pernah tercatat dalam sejarah umat manusia.
Terlepas dari kelebihan itu, kapitalisme juga menyimpan sisi gelap. Kecepatan perkembangan itu di sisi lain juga jadi kelemahan. Karena sangking cepatnya dunia bergerak, kadang manusia tidak mampu beradaptasi dengan perubahan tersebut.
Alasannya simpel, perubahan keadaan terjadi lebih cepat daripada kemampuan manusia beradaptasi secara fitrah, karena mereka selalu dituntut bergerak dengan sangat cepat untuk menghadapi perubahan itu. Jika tidak, mereka akan dilindas oleh perubahan
Tuntutan itulah yang membuat manusia modern yang hidup dalam sistem kapitalisme menjadi sangat tertekan dalam hidup mereka, baik dalam bekerja, berkeluarga, dan lain-lain. Apalagi di sisi ekonomi.
Mereka sering kali berada diposisi untuk mengambil keputusan cepat, tanpa diberi waktu berfikir panjang, itu akan membuat seorang manusia normal akan sangat tertekan. Bayangkan itu terjadi begitu sering, kadang dalam hitungan bulan atau minggu mereka menghadapi perubahan cepat itu, tentu itu sangat melelahkan
Tentu saja tekanan hidup atau pilihan sulit pada manusia sudah ada sejak era pra-kapitalisme, hanya saja selalu ada jarak antara satu tekanan dan tekanan lainnya.
Manusia normal masih sanggup mengahadapi hal tersebut. Tapi perubahan dengan jarak cepat, itu jarang terjadi dimasa lalu, dalam satu tahun mungkin mereka hanya menghadapi satu atau dua tekanan kuat, tapi karena cepatnya perubahan manusia modern harus merasakannya hampir tiap bulan atau minggu, kapan mental mereka beristirahat?
Manusia normal akan sangat kelelahan menghadapi situasi itu. Di zaman dahulu orang normal jarang menghadapi situasi tekanan seperti itu. Tekanan yang sering di era itu biasanya hanya bisa dirasakan oleh para pemimpin, tapi mereka punya kapabilitas dan mental untuk itu. Maka dari itu mereka dijadikan pemimpin, dan orang punya kemampuan jadi pemimpin dengan mental yang sanggup menahan tekanan besar dan sering itu sangat sedikit.
Sayangnya di era kapitalisme yang membuat keadaan begitu cepat berubah, tekanan seperti itu juga harus dirasakan orang normal. Hal itu tentu sangat menyiksa, karena secara alami mereka sulit menahan tekanan itu. Karena faktanya sedikit sekali manusia yang punya kapabilitas atau mental di level pemimpin yang mampu menghadapi tekanan dan pilihan sulit dalam jarak yang dekat. Kebanyakan manusia normal tidak mampu melakukannya.
Maka dari itu, manusia modern sangat rawan terkena penyakit mental karena tekanan yang terlalu sering tersebut. Yang mana mereka menghadapi tekanan yang sebelumnya hanya dihadapi oleh para pemimpin.
Maka jangan heran akhir-akhir ini, kebutuhan pada psikolog dan psikiater, meningkat tajam di seluruh dunia. Terlebih di negara dan wilayah industri. Kenapa wilayah industri? Karena disanalah perubahan paling cepat, karena disanalah pusat dari kapitalisme
Jangan lupa, revolusi industri pertama lahir di saat sistem kapitalisme ekonomi mulai tumbuh menjadi sistem baru ekonomi Eropa. Yang kemudian jadi sistem ekonomi dunia. Jadi bisa dipahami, kalau isu tentang penyakit mental sangat deras terdengar di wilayah industri perkotaan.
Jika dibandingkan dengan pedesaan isu itu relatif lebih kecil, itu karena perkotaan merupakan pusat industri. Di perkotaan tekanan sangat besar, dan perubahan begitu cepat, sehingga manusia kesulitan beradaptasi.
Ini berbeda dengan keadaan sebelum manusia memasuki era revolusi industri. Perubahan ada, teknologi juga berkembang, tapi jarak antara satu perubahan dengan perubahan lainnya lumayan lebar. Sehingga manusia lebih mudah untuk beradaptasi.
Adapun sekarang, perubahan yang terjadi sekarang sangat cepat, bisa jadi perubahan sosial dan teknologi yang terjadi dalam waktu 4-5 tahun, bisa jadi di zaman dulu butuh 100-200 tahun. Sedangkan kemampuan manusia beradaptasi terbatas. Ini membuat manusia kesulitan dalam menghadapi bergeraknya zaman.
Perubahan dan Rusaknya Sunnatullah
Tapi sebenarnya hal seperti ini bisa dipahami, karena jika dicermati lebih dalam, kecepatan perubahan yang terjadi itu sebenarnya melawan Sunnatullah. Setiap kali manusia melawan Sunnatullah, mereka pasti akan merasakan efek yang ditimbulkannya.
Salah satu yang bisa kita lihat efek dari melawan Sunnatullah adalah banyaknya orang yang terkena penyakit mental dan jiwa. Itu mungkin hanya salah satunya, ada banyak hal lain yang timbul karena rusaknya Sunnatullah.
Diantaranya ada dalam keluarga; kita melihat angka perceraian yang begitu tinggi, yang mungkin tidak pernah dilihat sepanjang sejarah manusia.
Dalam politik kita mungkin tidak pernah melihat perang global sebanyak era sekarang. Seolah kematian menjadi hal lumrah, dimana dalam 15 tahun terakhir, dunia mencatat rata-rata kematian akibat perang berjumlah 300-500 orang per hari. Itu terjadi hampir di seluruh wilayah regional di dunia. Maka dari itu dunia selalu berada di bawah ancaman perang dunia.
Dalam ekonomi kita hampir tiap tahun dihadapkan dengan inflasi tinggi, dimana mungkin sejarah umat manusia sangat jarang menghadapi inflasi global sesering itu. Di tambah manusia sekarang hampir selalu ketakutan dengan ancaman resesi setiap tahun.
Bagaimana tidak, bencana ekonomi yang biasanya terjadi belasan tahun sekali, karena kecepatan perubahan, kita harus menghadapinya tiap tahun. Hal tersebut sangat merusak.
Maka dari itu kita bisa memahami kenapa manusia modern rawan dengan penyakit mental. Karena kecepatan perubahan yang tidak normal. Kecepatan perubahan yang melawan Sunnatullah ini mengingatkanku pada peringatan Nabi Saw. tentang akhir zaman yang ditandai dengan rusaknya salah satu Sunnatullah.
“Hari kiamat, sampai jarak antar waktu terasa seolah begitu pendek, sehingga setahun terasa seperti satu bulan, sebulan terasa seperti satu jumat (pekan), sepekan terasa seperti sehari, sehari terasa seperti satu jam, dan satu jam terasa seperti waktu yang dibutuhkan untuk membakar pohon kurma.”
Ini bukan tentang larangan inovasi, tapi tentang peringatan bahwa sekarang ada Sunnatullah yang rusak. Kita berharap agar setiap muslim tidak ikut arus pada rusaknya Sunnatullah. Setiap pribadi muslim harus tahu jalan keluar yang tepat untuk menghadapi kerusakan sistem semesta atau Sunnatullah ini.
Ini penting agar kita tidak menjadi bagian dari kerusakan, dan akhirnya terkena efek negatif dari kerusakan tersebut. Contohnya seperti hidup yang penuh tekanan dan bahkan terkena penyakit mental. Rusaknya Sunnatullah hanya bisa diperbaiki dengan kembali ke Sunnatulah, yaitu kembali pada fitrah manusia.
*Penulis adalah mahasiswa pasca sarjana di Universitas Syekh Ahmad Kuftaro, Damaskus, Suriah.
Discussion about this post