Strategis dan Mencerahkan!
No Result
View All Result
  • TINJAUAN.ID
  • News
  • Global
  • Politik
    • Nasional
    • Regional
    • Daerah
  • Ekonomi
  • Opini
  • Sejarah
  • Oase
  • Liputan Khusus
  • TINJAUAN.ID
  • News
  • Global
  • Politik
    • Nasional
    • Regional
    • Daerah
  • Ekonomi
  • Opini
  • Sejarah
  • Oase
  • Liputan Khusus
No Result
View All Result
Strategis dan Mencerahkan!
No Result
View All Result
Home Oase

Kapitalisme, Manusia Modern, dan Kecepatan Gerak Perubahan Zaman

TINJAUAN ID by TINJAUAN ID
July 23, 2025
Reading Time: 4 mins read
0
Kapitalisme, Manusia Modern, dan Kecepatan Gerak Perubahan Zaman

Dalam tiga abad terakhir, khususnya di era kapitalisme, teknologi manusia berkembang dengan sangat cepat, perubahan keadaan ini hampir tidak pernah tercatat sebelumnya dalam sejarah umat manusia.

Oleh: Fauzan Inzaghi*

Salah satu kelebihan utama dari sistem kapitalisme adalah meningkatkan kreatifitas dan inovasi manusia, karena tanpa itu manusia tidak akan mampu bersaing. Hal ini yang membuat umat manusia sejak memakai sistem kapitalisme dalam berekonomi, mampu mendapatkan banyak penemuan baru tentang hukum dan rahasia alam semesta dalam waktu yang sangat singkat.

Maka dari itu dalam tiga abad terakhir, teknologi manusia berkembang dengan dangat cepat, keadaan ini hampir tidak pernah tercatat dalam sejarah umat manusia.

Terlepas dari kelebihan itu, kapitalisme juga menyimpan sisi gelap. Kecepatan perkembangan itu di sisi lain juga jadi kelemahan. Karena sangking cepatnya dunia bergerak, kadang manusia tidak mampu beradaptasi dengan perubahan tersebut.

Alasannya simpel, perubahan keadaan terjadi lebih cepat daripada kemampuan manusia beradaptasi secara fitrah, karena mereka selalu dituntut bergerak dengan sangat cepat untuk menghadapi perubahan itu. Jika tidak, mereka akan dilindas oleh perubahan

Tuntutan itulah yang membuat manusia modern yang hidup dalam sistem kapitalisme menjadi sangat tertekan dalam hidup mereka, baik dalam bekerja, berkeluarga, dan lain-lain. Apalagi di sisi ekonomi.

Mereka sering kali berada diposisi untuk mengambil keputusan cepat, tanpa diberi waktu berfikir panjang, itu akan membuat seorang manusia normal akan sangat tertekan. Bayangkan itu terjadi begitu sering, kadang dalam hitungan bulan atau minggu mereka menghadapi perubahan cepat itu, tentu itu sangat melelahkan

Tentu saja tekanan hidup atau pilihan sulit pada manusia sudah ada sejak era pra-kapitalisme, hanya saja selalu ada jarak antara satu tekanan dan tekanan lainnya.

Manusia normal masih sanggup mengahadapi hal tersebut. Tapi perubahan dengan jarak cepat, itu jarang terjadi dimasa lalu, dalam satu tahun mungkin mereka hanya menghadapi satu atau dua tekanan kuat, tapi karena cepatnya perubahan manusia modern harus merasakannya hampir tiap bulan atau minggu, kapan mental mereka beristirahat?

Manusia normal akan sangat kelelahan menghadapi situasi itu. Di zaman dahulu orang normal jarang menghadapi situasi tekanan seperti itu. Tekanan yang sering di era itu biasanya hanya bisa dirasakan oleh para pemimpin, tapi mereka punya kapabilitas dan mental untuk itu. Maka dari itu mereka dijadikan pemimpin, dan orang punya kemampuan jadi pemimpin dengan mental yang sanggup menahan tekanan besar dan sering itu sangat sedikit.

Sayangnya di era kapitalisme yang membuat keadaan begitu cepat berubah, tekanan seperti itu juga harus dirasakan orang normal. Hal itu tentu sangat menyiksa, karena secara alami mereka sulit menahan tekanan itu. Karena faktanya sedikit sekali manusia yang punya kapabilitas atau mental di level pemimpin yang mampu menghadapi tekanan dan pilihan sulit dalam jarak yang dekat. Kebanyakan manusia normal tidak mampu melakukannya.

Maka dari itu, manusia modern sangat rawan terkena penyakit mental karena tekanan yang terlalu sering tersebut. Yang mana mereka menghadapi tekanan yang sebelumnya hanya dihadapi oleh para pemimpin.

Kapitalisme, Manusia Modern dan Kecepatan Gerak Perubahan Zaman

Maka jangan heran akhir-akhir ini, kebutuhan pada psikolog dan psikiater, meningkat tajam di seluruh dunia. Terlebih di negara dan wilayah industri. Kenapa wilayah industri? Karena disanalah perubahan paling cepat, karena disanalah pusat dari kapitalisme

Jangan lupa, revolusi industri pertama lahir di saat sistem kapitalisme ekonomi mulai tumbuh menjadi sistem baru ekonomi Eropa. Yang kemudian jadi sistem ekonomi dunia. Jadi bisa dipahami, kalau isu tentang penyakit mental sangat deras terdengar di wilayah industri perkotaan.

Jika dibandingkan dengan pedesaan isu itu relatif lebih kecil, itu karena perkotaan merupakan pusat industri. Di perkotaan tekanan sangat besar, dan perubahan begitu cepat, sehingga manusia kesulitan beradaptasi.

Ini berbeda dengan keadaan sebelum manusia memasuki era revolusi industri. Perubahan ada, teknologi juga berkembang, tapi jarak antara satu perubahan dengan perubahan lainnya lumayan lebar. Sehingga manusia lebih mudah untuk beradaptasi.

Adapun sekarang, perubahan yang terjadi sekarang sangat cepat, bisa jadi perubahan sosial dan teknologi yang terjadi dalam waktu 4-5 tahun, bisa jadi di zaman dulu butuh 100-200 tahun. Sedangkan kemampuan manusia beradaptasi terbatas. Ini membuat manusia kesulitan dalam menghadapi bergeraknya zaman.

Perubahan dan Rusaknya Sunnatullah

Tapi sebenarnya hal seperti ini bisa dipahami, karena jika dicermati lebih dalam, kecepatan perubahan yang terjadi itu sebenarnya melawan Sunnatullah.  Setiap kali manusia melawan Sunnatullah, mereka pasti akan merasakan efek yang ditimbulkannya.

Salah satu yang bisa kita lihat efek dari melawan Sunnatullah adalah banyaknya orang yang terkena penyakit mental dan jiwa. Itu mungkin hanya salah satunya, ada banyak hal lain yang timbul karena rusaknya Sunnatullah.

Diantaranya ada dalam keluarga; kita melihat angka perceraian yang begitu tinggi, yang mungkin tidak pernah dilihat sepanjang sejarah manusia.

Dalam politik kita mungkin tidak pernah melihat perang global sebanyak era sekarang. Seolah kematian menjadi hal lumrah, dimana dalam 15 tahun terakhir, dunia mencatat rata-rata kematian akibat perang berjumlah 300-500 orang per hari. Itu terjadi hampir di seluruh wilayah regional di dunia. Maka dari itu dunia selalu berada di bawah ancaman perang dunia.

Dalam ekonomi kita hampir tiap tahun dihadapkan dengan inflasi tinggi, dimana mungkin sejarah umat manusia sangat jarang menghadapi inflasi global sesering itu. Di tambah manusia sekarang hampir selalu ketakutan dengan ancaman resesi setiap tahun.

Bagaimana tidak, bencana ekonomi yang biasanya terjadi belasan tahun sekali, karena kecepatan perubahan, kita harus menghadapinya tiap tahun. Hal tersebut sangat merusak.

Maka dari itu kita bisa memahami kenapa manusia modern rawan dengan penyakit mental. Karena kecepatan perubahan yang tidak normal. Kecepatan perubahan yang melawan Sunnatullah ini mengingatkanku pada peringatan Nabi Saw. tentang akhir zaman yang ditandai dengan rusaknya salah satu Sunnatullah.

“Hari kiamat, sampai jarak antar waktu terasa seolah begitu pendek, sehingga setahun terasa seperti satu bulan, sebulan terasa seperti satu jumat (pekan), sepekan terasa seperti sehari, sehari terasa seperti satu jam, dan satu jam terasa seperti waktu yang dibutuhkan untuk membakar pohon kurma.”

Ini bukan tentang larangan inovasi, tapi tentang peringatan bahwa sekarang ada Sunnatullah yang rusak. Kita berharap agar setiap muslim tidak ikut arus pada rusaknya Sunnatullah. Setiap pribadi muslim harus tahu jalan keluar yang tepat untuk menghadapi kerusakan sistem semesta atau Sunnatullah ini.

Ini penting agar kita tidak menjadi bagian dari kerusakan, dan akhirnya terkena efek negatif dari kerusakan tersebut. Contohnya seperti hidup yang penuh tekanan dan bahkan terkena penyakit mental. Rusaknya Sunnatullah  hanya bisa diperbaiki dengan kembali ke Sunnatulah, yaitu kembali pada fitrah manusia.

*Penulis adalah mahasiswa pasca sarjana di Universitas Syekh Ahmad Kuftaro, Damaskus, Suriah.

Tags: Kapitalismemanusiaperubahanteknologi
ShareTweetSendShare

Related Posts

Identitas Muslim yang Hilang: Ketika Umat Lebih Tertunduk daripada Menundukkan
Oase

Identitas Muslim yang Hilang: Ketika Umat Lebih Tertunduk daripada Menundukkan

August 1, 2025
Next Post
Alijullah Hasan Yusuf Hadiri Syarah Budaya di Sigli, Bagikan Kisah Perjalanan Hidup ke Eropa Sigli, 23 Juli 2025 – Komunitas Beulangong Tanoh menggelar kegiatan Syarah Budaya bersama tokoh Aceh, Alijullah Hasan Yusuf, pada Rabu (23/7) sore di balai kayu Pekarangan Warong Kupi Kulam, Sigli. Acara dimulai pukul 16.30 hingga 18.00 WIB dan diikuti oleh peserta dari berbagai kalangan serta komunitas, termasuk FAMe Pidie dan sejumlah komunitas literasi dan budaya lainnya. Alijullah Hasan Yusuf, atau akrab disapa Pak Ali, merupakan tokoh asal Blang Paseh yang dikenal luas sejak tahun 1970-an melalui kisahnya sebagai “penumpang gelap” menuju Eropa. Kisah tersebut kemudian dibukukan dengan judul Penumpang Gelap dan menjadi titik awal ketenarannya. Dalam kegiatan tersebut, Pak Ali membagikan pengalamannya merantau dari Aceh hingga ke Eropa. Ia bercerita tentang masa kecilnya yang dipenuhi oleh pembacaan Hikayat Aceh di kampung halaman, ketertarikannya terhadap pesawat, hingga akhirnya memberanikan diri naik pesawat sebagai penumpang gelap setelah meneliti kebiasaan orang-orang di bandara saat bekerja di Jakarta. “Waktu kecil saya hanya dengar bunyi pesawat dari kejauhan. Saat melihat langsung pesawat di Kuta Cane, saya cuma bisa berbisik dalam hati: suatu hari saya akan naik pesawat itu, apa pun caranya,” ujar Pak Ali disambut tawa oleh segenap peserta yang hadir. Selain berbagi kisah pribadinya, Pak Ali juga menceritakan pertemuannya dengan sejumlah tokoh nasional, seperti Bung Hatta, Soemitro Djojohadikoesoemo, Daud Beureueh, Hasan Tiro, dan B.J. Habibie. Ia mengungkapkan bahwa Bung Hatta adalah sosok yang menyemangatinya untuk menuliskan kisah hidupnya. “Pak Hatta bilang langsung ke saya, ‘Ali, kamu harus menulis kisah hidupmu. Ini penting untuk generasi muda.’ Itu yang membuat saya mulai serius menulis,” jelas Pak Ali. Dorongan itu melahirkan buku otobiografi Penumpang Gelap yang kemudian banyak dibaca dan dikagumi, termasuk oleh calon istrinya sendiri, yang kelak ia temui dan nikahi di Indonesia. Sementara itu, pertemuannya dengan B.J. Habibie terjadi di sebuah bukit di Paris, di mana Pak Ali dan Mantan Presiden Indonesia ke-3 itu berdiskusi panjang mengenai pembangunan Aceh, termasuk rencana menghidupkan kembali jalur kereta api Aceh yang belum sempat terwujud. “Pak Habibie bilang ke saya, dia ingin membangun Aceh dengan menghidupkan kembali jalur kereta api. Tapi takdir berkata lain, beliau keburu dilengserkan,” ujar Pak Ali dengan nada haru. Pak Ali hadir di lokasi acara dengan pakaian santai, kaos berkerah putih, celana jeans biru, sepatu putih, lengkap dengan topi dan kacamata. Ia didampingi oleh istrinya, Suryati, serta anak perempuan mereka. Acara yang dipandu langsung oleh Yulia Erni, berlangsung dalam suasana akrab dan penuh antusiasme. Pesertapun terlihat aktif menyimak dan berebutan untuk melayangkan pertanyaan yang bermuara dialog panjang. Di penghujung ceritanya tadi, Pak Ali menyampaikan pesan yang menjadi inti dari perjalanan hidupnya sekaligus warisan pemikiran yang ingin ia tularkan kepada generasi muda, “Kita harus berani merantau, menulis, dan membaca,” Menurutnya, tiga hal sederhana ini merantau, menulis, dan membaca adalah kunci yang telah membuka banyak pintu dalam hidupnya. Merantau mengajarkannya tentang dunia dan keberanian, menulis membuatnya diingat dan dikenang, sementara membaca membentuk cara pandangnya terhadap kehidupan. “Merantau membuat saya berani keluar dari kampung, dari zona nyaman. Menulis membuat saya bisa merekam hidup saya, dan membaca membuat saya mengerti hidup orang lain,” jelasnya. Pak Ali berharap agar generasi muda Aceh, khususnya peserta yang hadir hari itu, tidak ragu untuk bermimpi besar, dan menjelajah dunia.

Alijullah Hasan Yusuf Hadiri Syarah Budaya di Sigli, Bagikan Kisah Perjalanan Hidup ke Eropa

Semua Orang Bicara tentang AI, Tapi Hanya Melihat Bayangannya

Semua Orang Bicara tentang AI, Tapi Hanya Melihat Bayangannya

Discussion about this post

Recommended Stories

Bangunan Bersejarah Peninggalan Kolonial Belanda di Kota Langsa

Bangunan Bersejarah Peninggalan Kolonial di Kota Langsa: Simbol Sejarah Ekonomi Masa Lalu

July 15, 2025
Kabar MA bakal kabulkan PK KSP Moeldoko, SBY: Itu tanda kemunduran demokrasi

Kabar MA bakal kabulkan PK KSP Moeldoko, SBY: Itu tanda kemunduran demokrasi

July 6, 2025
TP PKK Aceh Barat Latih Meracik Kopi

TP PKK Aceh Barat Latih Meracik Kopi

August 7, 2025

Popular Stories

  • Kritik Kosong tentang Ulama Dayah Adalah Opini yang Tak Perlu Ditulis

    Kritik Kosong tentang Ulama Dayah Adalah Opini yang Tak Perlu Ditulis

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tak Kunjung Dapat Kerja di Aceh, Hendra Nekat Merantau ke Australia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tanah Wakaf Tidak Boleh Dikuasai Negara (Suara dari Blang Padang untuk Keadilan Syariat)

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kedai Kopi Pertama di Aceh: Antara Pengaruh Ottoman dan Budaya Perantauan Tionghoa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fraksi Partai Demokrat Soroti Tantangan Pembangunan Aceh dalam Pendapat Akhir atas Pertanggungjawaban APBA 2024

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • TINJAUAN.ID
  • Pedoman Media Siber
Email: redaksi.tinjauan@gmail.com

© 2025 Tinjauan.ID - Strategis dan Mencerahkan!

No Result
View All Result
  • TINJAUAN.ID
  • News
  • Dunia
  • Nasional
  • Regional
  • Politik
  • Opini
  • Contact Us

© 2025 Tinjauan.ID - Strategis dan Mencerahkan!

Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?