Strategis dan Mencerahkan!
No Result
View All Result
  • TINJAUAN.ID
  • News
  • Global
  • Politik
    • Nasional
    • Regional
    • Daerah
  • Ekonomi
  • Opini
  • Sejarah
  • Oase
  • Liputan Khusus
  • TINJAUAN.ID
  • News
  • Global
  • Politik
    • Nasional
    • Regional
    • Daerah
  • Ekonomi
  • Opini
  • Sejarah
  • Oase
  • Liputan Khusus
No Result
View All Result
Strategis dan Mencerahkan!
No Result
View All Result
Home Oase

Identitas Muslim yang Hilang: Ketika Umat Lebih Tertunduk daripada Menundukkan

TINJAUAN ID by TINJAUAN ID
August 1, 2025
Reading Time: 3 mins read
0
Identitas Muslim yang Hilang: Ketika Umat Lebih Tertunduk daripada Menundukkan

Dunia sedang menunggu Muslim yang menyala: cerdas dalam akal, kokoh dalam akidah, dan tegas dalam identitas.

Oleh: Darwis Situmorang*

Di bawah langit yang luas dan tanah yang dulu menjadi tempat sujud oleh para penakluk dunia dengan sebutan umat terbaik, kini berdiri generasi yang sibuk mencari jati diri di feed Instagram dan bukan dalam mushaf Al-Quran.

Mereka lebih hafal nama-nama influencer daripada nama-nama sahabat Nabi. Lalu dengan bangga menyebut dirinya Muslim, seolah cukup hanya dengan itu tanpa amal, tanpa akhlak, tanpa sikap.

Dulu, Islam mengukir sejarah. Sekarang, ia hanya menjadi catatan kaki dalam buku pelajaran sekolah sekuler. Umat yang dulu disegani karena ketajaman pikirannya, kini bangga dengan konten Tiktok yang lucu tapi kosong.

Mereka lupa, Islam bukan warisan budaya yang tinggal dipakai seperti baju adat di hari tertentu. Islam adalah jalan hidup, bukan sekadar label dalam kolom KTP.

Nabi Muhammad ﷺ bersabda:

Akan datang suatu masa pada manusia, di mana Islam hanya tinggal namanya, Al-Quran hanya tinggal tulisannya. Masjid-masjidnya megah tapi kosong dari petunjuk. Ulama-ulamanya adalah seburuk-buruk makhluk di bawah langit. Fitnah berasal dari mereka dan kepada mereka fitnah itu akan kembali.

(HR. Al-Baihaqi)

Bukankah kita hidup di masa itu?

Islam datang bukan untuk menunduk pada sistem, tapi menundukkan sistem. Islam tidak diajarkan untuk menyesuaikan diri dengan nilai-nilai barat yang rusak, melainkan untuk memperbaiki nilai-nilai itu. Namun kini, kita bahkan malu mengatakan haram karena takut dianggap ekstrem. Kita lebih takut dibatalkan di sosial media ketimbang dibatalkan di akhirat.

Kaum pria Muslim yang dahulu menundukkan dunia dengan ilmu dan keberanian, hari ini tertunduk lesu di hadapan layar, scroll tanpa arah. Kejantanan mereka dikikis oleh malas dan alasan.

Di manakah jejak Umar bin Khattab yang berkata, Kita adalah kaum yang dimuliakan oleh Islam. Jika mencari kemuliaan dari selainnya, maka kita akan dihinakan? Yang mereka tiru justru gaya artis Korea dan mental boneka.

Wanita Muslimah, yang dulu dengan gagah menolak tunduk pada budaya jahiliah, kini malah bangga memamerkan aurat. Jilbab tak lagi simbol kehormatan, tapi sekadar tren fesyen. Niqab dianggap penghalang karier. Malu dan haya’ telah digadaikan atas nama kebebasan yang sesat arah.

Kolonialisme memang telah pergi secara fisik, tapi warisannya hidup dalam pola pikir kita. Kita menjadi umat yang ditundukkan oleh hegemoni pemilik modal, dibius oleh standar kecantikan asing, dicekik oleh tuntutan kapitalisme.

Kita gagal menyadari bahwa Islam hadir bukan untuk dijadikan penonton dalam sejarah dunia, tapi pengarah sejarah itu sendiri.

Lihatlah generasi muda Muslim hari ini: terjebak antara ingin taat dan ingin viral. Mereka terombang-ambing antara ustaz dan selebgram. Satu sisi mendengar ceramah, sisi lain menari di Reels. Nilai Islam jadi barang rongsok di pasar ideologi modern. Dipilih hanya jika cocok dengan keinginan nafsu.

Padahal, Islam adalah agama yang mendidik manusia berpikir dengan cerdas, bergerak dengan semangat, dan hidup dengan misi. Tapi umat ini lebih senang bermimpi daripada membangun. Mereka puas dengan hafalan tanpa penghayatan, puas dengan dakwah yang viral tapi tanpa substansi.

Islam menundukkan alam semesta ini bagi manusia berakal dan gigih. Tapi kini, Muslimin malah menjadi manusia yang ditundukkan oleh agenda-agenda asing.

Islam membuka langit dengan ilmu, tapi kita menutup diri dengan kebodohan yang dibungkus jargon religius. Kita bangun masjid mewah, tapi hati kita lapuk. Kita bangga punya banyak santri, tapi sedikit yang bisa berpikir merdeka.

Betapa ironisnya: Islam yang begitu kokoh kini dipikul oleh pundak umat yang rapuh.

Musuh-musuh Islam membenci kita bukan karena kita lemah, tapi karena mereka tahu potensi kekuatan yang kita sia-siakan. Mereka tahu, jika Islam benar-benar dihidupkan oleh umatnya, dunia akan berubah arah. Tapi sayangnya, kita lebih suka memelihara kebodohan daripada memperjuangkan kebangkitan.

Sudahlah, cukup dengan gelar Muslim jika hanya untuk sekadar nama. Dunia tidak butuh lebih banyak Muslim yang pasif. Dunia sedang menunggu Islam dari Muslim yang menyala: cerdas dalam akal, kokoh dalam akidah, dan tegas dalam identitas.

Kita harus kembali. Bukan hanya kembali ke masjid, tapi kembali kepada fungsi sebagai umat rahmatan lil alamin. Kembali menjadi umat yang tidak hanya mengenal Islam, tapi hidup sebagai Islam itu sendiri.

*Penulis adalah pegiat dakwah.

Continue Reading
Tags: Identitas MuslimIslam
ShareTweetSendShare

Related Posts

“Saya bukan kombatan”, Catatan Risman Semasa Konflik Aceh
Opini

“Saya bukan kombatan”, Catatan Risman Semasa Konflik Aceh

August 8, 2025
Ketika Opini “Masih Adakah Ulama Alumni Dayah” Memasuki Wilayah Kebenaran Baru
Opini

Ketika Opini “Masih Adakah Ulama Alumni Dayah” Memasuki Wilayah Kebenaran Baru

August 5, 2025
Kritik Kosong tentang Ulama Dayah Adalah Opini yang Tak Perlu Ditulis
Opini

Kritik Kosong tentang Ulama Dayah Adalah Opini yang Tak Perlu Ditulis

August 4, 2025
Boh Gaca: Warisan Inai dalam Budaya Tradisi Perkawinan dan Penolak Bala di Aceh 
Opini

Boh Gaca: Warisan Inai dalam Budaya Tradisi Perkawinan dan Penolak Bala di Aceh 

August 3, 2025
Konflik Thailand-Kamboja, Mediasi, dan Skenario Kedua Negara
Opini

Konflik Thailand-Kamboja, Mediasi, dan Skenario Kedua Negara

July 30, 2025
Polemik Musda Golkar Aceh, Antara Kader Murni dan Putusan Diskresi
Opini

Polemik Musda Golkar Aceh, Antara Kader Murni dan Putusan Diskresi

July 28, 2025
Next Post
Tepat 100 Hari Wafat Ibunya, Anak Yatim Piatu di Lhoksukon Terima Rumah Bantuan dari Majelis Shalawat Asyifa

Tepat 100 Hari Wafat Ibunya, Anak Yatim Piatu di Lhoksukon Terima Rumah Bantuan dari Majelis Shalawat Asyifa

Abina Muhaimin Peusijuk dan Serahkan Bantuan Rumah Anak Yatim Piatu Bantuan MSA Aceh Utara

Abina Muhaimin Peusijuk dan Serahkan Bantuan Rumah Anak Yatim Piatu Bantuan MSA Aceh Utara

Discussion about this post

Recommended Stories

Ali Moertopo dan Peran Militer dalam Politik Indonesia (I)

Ali Moertopo dan Peran Militer dalam Politik Indonesia (I)

July 17, 2025
Berdasarkan survey, masyarakat puas atas kinerja Presiden Prabowo.

Hasil Survei, Masyarakat Puas atas Kinerja Pemerintahan Presiden Prabowo

July 8, 2025

Pertemuan Sekjen Partai Demokrat Teuku Riefky dengan Sekjen PDI-P Hasto: kami tetap jaga etika politik

July 6, 2025

Popular Stories

  • Kritik Kosong tentang Ulama Dayah Adalah Opini yang Tak Perlu Ditulis

    Kritik Kosong tentang Ulama Dayah Adalah Opini yang Tak Perlu Ditulis

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tak Kunjung Dapat Kerja di Aceh, Hendra Nekat Merantau ke Australia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tanah Wakaf Tidak Boleh Dikuasai Negara (Suara dari Blang Padang untuk Keadilan Syariat)

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kedai Kopi Pertama di Aceh: Antara Pengaruh Ottoman dan Budaya Perantauan Tionghoa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fraksi Partai Demokrat Soroti Tantangan Pembangunan Aceh dalam Pendapat Akhir atas Pertanggungjawaban APBA 2024

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • TINJAUAN.ID
  • Pedoman Media Siber
Email: redaksi.tinjauan@gmail.com

© 2025 Tinjauan.ID - Strategis dan Mencerahkan!

No Result
View All Result
  • TINJAUAN.ID
  • News
  • Dunia
  • Nasional
  • Regional
  • Politik
  • Opini
  • Contact Us

© 2025 Tinjauan.ID - Strategis dan Mencerahkan!

Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?