Strategis dan Mencerahkan!
No Result
View All Result
  • TINJAUAN.ID
  • News
  • Global
  • Politik
    • Nasional
    • Regional
    • Daerah
  • Ekonomi
  • Opini
  • Sejarah
  • Oase
  • Liputan Khusus
  • TINJAUAN.ID
  • News
  • Global
  • Politik
    • Nasional
    • Regional
    • Daerah
  • Ekonomi
  • Opini
  • Sejarah
  • Oase
  • Liputan Khusus
No Result
View All Result
Strategis dan Mencerahkan!
No Result
View All Result
Home News

Refleksi Kemerdekaan: Menelisik Kembali Sejarah Islam di Indonesia

TINJAUAN ID by TINJAUAN ID
August 18, 2025
Reading Time: 2 mins read
0
Renungan Kemerdekaan: Menelisik Sejarah Islam di Indonesia.

Pangeran Diponegoro. Foto: Instagram @jejakislambangsa.

Islam telah mengalami suatu proses yang menjadi dasar bagi pembentukan entitas kebudayaan bagi negeri-negeri kepulauan (archipelago) yang jadi cikal-bakal Indonesia saat ini. Islam telah menjadi semangat dan tradisi lokal yang mengakar di hampir seluruh kebudayaan pulau-pulau Nusantara.

Oleh: Jabal Ali Husin Sab

Kita tidak akan merasakan makna kemerdekaan melebihi mereka yang pernah merasakan penjajahan dan penderitaan. Salah satu luka penjajahan yang kesannya berdampak hingga masa kemerdekan, juga negara-negara bekas koloni di dunia ketiga, adalah luka intelektual.

Saat itu kita dihadapkan dengan pengetahuan yang memposisikan bangsa-bangsa yang pernah dijajah hanya sebatas sebagai objek pengetahuan. Dicekal untuk berkembang menjadi subjek dalam ilmu pengetahuan.

Ketika manusia-manusia terjajah hendak menjadi subjek bagi ilmu pengetahuan, ia dipaksa menerima suatu anggapan bahwa: pengetahuan bukanlah suatu yang ada pada kebudayaan bangsanya, melainkan bahwa ilmu pengetahuan adalah tradisi bangsa penjajah.

Penjajah memperkenalkan ilmu pengetahuan, memperkenalkan rasionalisme; kesadaran akal budi, menghilangkan mitos dan takhayul. Penjajahan coba diajarkan kepada pribumi bahwa: ia juga punya peran dalam upaya untuk mentransformasi dan mencerahkan kehidupan bangsa yang terjajah.

Penjajahan mungkin membuat kita berpikir bahwa; “iya, kami dijajah, sumberdaya alam kami dikeruk, tapi kemudian kami diperkenalkan dengan kehidupan yang modern ala barat penjajah, kami tak lagi mengikut pada tradisi kami yang kuno, kami akan mencoba mengubah cara-cara pribumi yang tradisional, menjadi modern ala penjajah, meski kami menentang penjajahan.”

Juga ada yang menyangkal penjajah dan penjajahan, sembari menghidupkan semangat kebangsaan, menggali kembali identitas sejarah bangsa dan keluhuran kebudayaannya, mengadopsi barat dengan ilmu pengetahuan, cara pandang, nilai dan etikanya dan memadukan dengan keluhuran budaya bangsa.

Setidaknya hal-hal tersebut merupakan sebuah upaya-upaya intelektual yang dilakukan pada masa pergerakan kemerdekaan oleh bangsa yang dijajah untuk mencoba menyembuhkan luka batin akibat kejamnya penjajahan dan dampaknya terhadap penjajahan alam pikiran.

Kita bisa melihat ekspresi ini dalam roman Sutan Takdir Alisjahbana berjudul Salah Asuhan. Cerita yang mencoba mendobrak tradisi masa lalu dan menyongsong rasionalisme dan kemajuan ala Barat.

Sebelum Kolonialisme

Pertanyaannya, apakah intelektualisme dan cara berpikir rasional tidak kita kenal sebelum diperkenalkan oleh para penjajah? Seandainya kita tidak terjajah, apakah lantas kita tidak akan punya tradisi ilmu pengetahuan sendiri dalam kebudayaan kita? Apakah tanpa kolonialisme dan imperialisme, kebudayaan bangsa kita hanya sebuah kebudayaan statis yang tak berkembang?

Saya tidak akan menjawab pertanyaan ini secara detil, meski saya akan menjawab bahwa, tanpa kolonialisme, Indonesia dan negeri-negeri di kepulauan telah mengenal Islam sebagai teologi “pembebasan” dari mitos dan takhayul, dan mengenalkan rasionalisme serta punya tradisi ilmu pengetahuan sendiri yang punya struktur yang rapi dan kompleks dan juga dinamis.

Penjajahan hanya kemudian membuat tradisi ilmu itu berhenti, mengalami stagnasi dan kemudian menjadi asing bagi anak negeri sendiri. Islam telah mengalami suatu proses yang menjadi dasar bagi pembentukan entitas kebudayaan bagi negeri-negeri kepulauan (archipelago) yang jadi cikal-bakal Indonesia saat ini. Islam telah menjadi semangat dan tradisi lokal yang mengakar di hampir seluruh kebudayaan pulau-pulau Nusantara.

Islam adalah tradisi lokal, tradisi pribumi, tradisi yang asli Indonesia. Maka akan aneh kemudian jika menjadi Islam (dengan ke-universal-an nilainya, juga kekhasan lokalnya) di Indonesia hari ini bukan diartikan sebagai menjadi Indonesia, menjadi pribumi, menjadi diri kita sendiri. Apa yang kita bisa lakukan dalam merawat kemerdekaan dan memaknai kemerdekaan adalah dengan menjadi Indonesia, dengan menjadi diri kita sendiri.

Dan menjadi Islam dalam konteks kebangsaan kita adalah juga bagian dari menjadi diri sendiri, menjadi Indonesia yang sejati.

Tags: indonesiaIslamkolonialismeNusantaraSejarah politik Indonesia
ShareTweetSendShare

Related Posts

Review Laporan Keuangan Bank Aceh Syariah (I) ; Triliunan Dana Diinvestasikan ke Luar Aceh
Ekonomi

Review Laporan Keuangan Bank Aceh Syariah (I) ; Triliunan Dana Diinvestasikan ke Luar Aceh

September 10, 2025
Pemko Banda Aceh Bantah Anggaran Medsos untuk Buzzer
Daerah

Pemko Banda Aceh Bantah Anggaran Medsos untuk Buzzer

September 10, 2025
Dirut BPRS Mustaqim Kunjungi Dirut Bank Aceh, Komit Perkuat Layanan Perbankan bagi Masyarakat Aceh
Daerah

Dirut BPRS Mustaqim Kunjungi Dirut Bank Aceh, Komit Perkuat Layanan Perbankan bagi Masyarakat Aceh

September 10, 2025
Menko Yusril : Pemerintah Pasti Akan Merespons Positif 17+8 Tuntutan Rakyat
Nasional

Kunjungi Rutan Polda Metro Jaya, Menko Yusril dan Wamenko Otto Dialog dengan Delpedro Marhaen

September 10, 2025
Pemko Banda Aceh Anggarkan Rp679 Juta untuk Konten Instagram-TikTok
Daerah

Pemko Banda Aceh Anggarkan Rp679 Juta untuk Konten Instagram-TikTok

September 10, 2025
MaTA : Pengelolaan Anggaran Pemko Banda Aceh Boros
Daerah

MaTA : Pengelolaan Anggaran Pemko Banda Aceh Boros

September 10, 2025
Next Post
Wagub Aceh Fadhlullah Sambut Peserta Pawai Budaya HUT ke-80 RI

Wagub Aceh Fadhlullah Sambut Peserta Pawai Budaya HUT ke-80 RI

Dugaan Korupsi Kuota Haji Masa Eks Menag Yaqut Rugikan Negara 1 Triliun, Berikut Kronologinya

Dugaan Korupsi Kuota Haji Masa Eks Menag Yaqut Rugikan Negara 1 Triliun, Berikut Kronologinya

Discussion about this post

Recommended Stories

Bea Cukai: Separuh Tangkapan Narkoba Nasional Berasal dari Aceh

Bea Cukai: Separuh Tangkapan Narkoba Nasional Berasal dari Aceh

July 15, 2025

SBY tanggapi kabar perubahan sistem Pemilu 2024 menjadi proporsional tertutup: Ubah sistem pemilu bukan wewenang MK

May 28, 2023

Influencer Andrew Tate ditahan di tengah penyelidikan perdagangan manusia

December 30, 2022

Popular Stories

  • Kritik Kosong tentang Ulama Dayah Adalah Opini yang Tak Perlu Ditulis

    Kritik Kosong tentang Ulama Dayah Adalah Opini yang Tak Perlu Ditulis

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tak Kunjung Dapat Kerja di Aceh, Hendra Nekat Merantau ke Australia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari ini Presiden Prabowo akan Reshuffle Kabinet, Beredar Sejumlah Nama Menteri Baru

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tanah Wakaf Tidak Boleh Dikuasai Negara (Suara dari Blang Padang untuk Keadilan Syariat)

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika IAIN Beralih Kiblat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Redaksi
  • Tentang Kami
  • TINJAUAN.ID
  • Pedoman Media Siber
Email: redaksi.tinjauan@gmail.com

© 2025 Tinjauan.ID - Strategis dan Mencerahkan!

No Result
View All Result
  • TINJAUAN.ID
  • News
  • Daerah
  • Nasional
  • Dunia
  • Ekonomi
  • Politik
  • Opini
  • Oase
  • Sejarah
  • Contact Us

© 2025 Tinjauan.ID - Strategis dan Mencerahkan!

Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?