Dukungan masyarakat Aceh yang telah mendengar kabar kemerdekaan Indonesia dibuktikan dengan pengibaran bendera merah putih di sejumlah wilayah di Aceh pada tahun 1945.
Oleh: Zulfadli Kawom
Kabar proklamasi kemerdekaan sampai di Aceh dan disambut dengan upacara pengibaran bendera merah putih di sejumlah wilayah di Aceh.
Menurut Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Banda Aceh, pengibaran perdana bendera merah putih terjadi beberapa hari setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 di Jakarta.
Hal ini menandai dukungan penuh masyarakat Aceh atas proklamasi kemerdekaan Indonesia yang dibacakan oleh Soekarno-Hatta di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta.
Berikut urutan pengibaran bendera merah putih di Aceh:
Banda Aceh
Puncak pembangkangan pemuda Aceh terhadap tentara Jepang terjadi pada 24 Agustus 1945. Para pemuda melakukan upacara pengibaran bendera Merah Putih di halaman Kantor Atjeh Syu Keimubu (Kantor Kepolisian Aceh masa Jepang). Sekarang kantor tersebut menjadi Gedung Badan Pembina Rumpun Iskandar Muda (Baperis)–Gedung Juang yang beralamat di Jalan Sultan Mahmud Syah, Kota Banda Aceh
Bireuen
Setelah satu hari pengibaran bendera di Banda Aceh, pada tanggal 25 Agustus 1945, bendera merah putih dikibarkan di Bireuen, tepatnya di daerah Geulanggang Labu, sekitar 18 km dari Bireuen.
Sigli
Setelah di Bireun, berselang satu hari kemudian, tepatnya pada tanggal 26 Agustus 1945, bertempat di Menara Water Lading. Pengibaran ini dilakukan untuk mengabarkan bahwa Indonesia telah merdeka. Menara Water Lading, yang merupakan peninggalan Belanda, menjadi tempat bersejarah di mana bendera Merah Putih pertama kali dikibarkan di Pidie.
Menyebar di seluruh Pantai Utara Aceh
Setelah di Banda Aceh, Bireuen dan Pidie, pada tanggal 1 Oktober 1945, seluruh rakyat pesisir Aceh telah mengetahui kabar kemerdekaan.
Abdullah mengirimkan telegram pada Kepala Kepolisian Republik Indonesia Aceh Mohd Hasjim. Dalam telegramnya menyatakan bahwa dirinya telah mendengar kabar proklamasi kemerdekaan dari RRI Bandung yang menyatakan Indonesia telah merdeka.
Maka, pada tanggal 2 Oktober 1945, Abdullah telah mengintruksikan pengibaran bendera merah putih di seluruh kantor polisi di Lhoksukon, Lhokseumawe, Bireun, Pandrah, Langsa, Kuala Simpang, Idi dan Kuta Cane. Pengibaran bendera juga dilakukan di kantor pemerintahan di sejumlah daerah tersebut.
Di Lhokseumawe dan Lhoksukon
Di daerah Aceh Utara, pengibaran bendera merah putih juga dilakukan, di Lhok Sukon pada tanggal 29 Agustus 1945, Letnan Gyugun Hasbi Wahidi menerima berita proklamasi melalui utusan Gubemur Sumatera ke Aceh.
Pada siang harinya, para pemimpin, tokoh, dan masyarakat mengadakan pertemuan yang dipimpin oleh Letnan Gyugun Hasbi Wahidi. Pada sore harinya upacara pengibaran bendera merah putih dilaksanakan di lapangan bola kaki Lhok Sukon.
Di Lhok Seumawe, upacara pengibaran bendera merah putih dilaksanakan pada bulan September 1945 bertempat di lapangan bola kaki Lhok Seumawe.
Upacara pengibaran bendera itu dipimpin oleh Teuku Ibrahim Panglima Agung Cunda, turut hadir pada acara itu adalah Hasan Sab dan Guncho Lhok Seiumawe, Teuku Abdul Latif.
Langsa
Kemudian berita kemerdekaan turut diikuti dengan pengibaran bendera sang saka merah putih secara resmi pada tanggal 02 Oktober 1945 di lapangan Bambu Runcing di Langsa.
Hal ini selaras dengan perkataan salah seorang pelaku sejarah Langsa yaitu Usman Anas “Penaikan sang saka merah putih untuk pertama kalinya di Langsa adalah di lapangan yang sekarang disebut taman bambu runcing”, dan dikuatkan juga oleh catatan harian Amir Luthan, seorang supir pada masa kemerdekaan.
Dalam catatan hariannya disebutkan “peristiwa sakral, monumental, dan bersejarah itu terjadi di lapangan Bambu Runcing pada tanggal 02 Oktober 1945 (buku: Menelusuri jejak Sejarah Langsa, edisi Revisi).
Peristiwa pengibaran bendera merah putih di kota Langsa dipelopori oleh Teuku Chik Muhammad Daud Syah selaku Guntyo Langsa (bupati Aceh Timur pertama berkedudukan di Langsa periode 1945-1946) dengan pemimpin upacara Abdullah Husein (yang menjabat sebagai kepala polisi Langsa pada saat itu).
Kemudian diikuti oleh beberapa tokoh-tokoh lainnya Teungku Ismail Usman, Abdussuki, Ghazali Idris, Ahmad Abdullah, Usman Nurdin, Usman Anas, Peutua Husen, serta para penduduk kota Langsa dan sekitarnya (Sufi, 2008: 166).
Takengon
Pengibaran bendera merah putih pertama di Takengon, Aceh, terjadi pada tanggal 4 Oktober 1945. Berita proklamasi kemerdekaan Indonesia sampai di Takengon melalui beberapa pedagang yang datang dari Bireuen.
Teks proklamasi kemudian dibacakan oleh Muhammad Din, dan bendera merah putih dikibarkan setelahnya. Ada beberapa versi mengenai siapa yang membacakan teks proklamasi, namun yang jelas, pengibaran bendera ini menjadi momen bersejarah di Takengon.
Singkil
Singkil, Aceh, bendera Merah Putih pertama kali dikibarkan pada tanggal 29 September 1945, sebagai saksi sejarah pengibaran pertama Proklamasi Kemerdekaan di Aceh. Tugu Desa Pasar Singkil menjadi tempat bersejarah tersebut, di mana para pendahulu mengibarkan bendera dan membacakan teks proklamasi.
Referensi:
Muhammad Ibrahim, M Arifin, Nasruddin Sulaiman, Rusdi Sufi, Zakaria Ahmad, Hasan Mu’arif Ambary, T. Ibrahim Alfian MA “Sejarah Daerah Provinsi Daerah Istimewa Aceh” | T. Alibasjah Talsja, “Batu Karang di Tengah Lautan.
Bireuen Kota Juang 1945-1949, Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional, Bansa Aceh, 2010.
Discussion about this post